41. Luka Lama (2)

9 0 0
                                    

Soraya terpaku di tempat mendengar penuturan suaminya yang terkesan cuek, bahkan bahasa pria itu kembali formal. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi selama di Jakarta? Mengapa suaminya kembali formal? Tidakkah sang suami merindukannya?

'Soraya, jika tidak penting, saya tutup!'

Soraya mengambil napas dalam kemudian mengembuskannya, "Mas, aku baru saja melahirkan buah cinta kita."

Deg!

Di seberang sana, Emil tertegun mendengar ucapan Soraya, Emil bingung. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ingin menghampiri, tetapi ada Reva dan Jeff yang begitu membutuhkannya di sini, Emil pun tak tau. Apakah anak yang baru saja Soraya lahirkan benar-benar darah dagingnya atau bukan? Jujur, satu tahun lebih mereka berpisah, tentu Emil tidak bisa percaya begitu saja.

Menyadari Emil tak ingin memberikan jawaban, Soraya kembali melanjutkan ucapannya dengan riang gembira. "Mereka kembar, perempuan, cantik dan begitu mirip denganmu, bahkan aku iri karena mereka perempuan. Namun, mengapa begitu mirip denganmu?"

"Aku hanya kebagian hidung dan mata saja, lainnya mirip denganmu. Segeralah kembali, Mas, aku ingin kota membesarkan, merawat, dan melihat perkembangan mereka bersama sesuai harapan kita selama ini."

'Maaf, saya sibuk, nanti saya hubungi kembali!' pungkas Emil mematikan telepon sepihak.

Mendengar balasan Emil, tentu Soraya merasa sedih, kecewa, dan marah, tidakkah pria itu turut bahagia karena Tuhan telah memberikan mereka buah hati yang selama ini mereka nantikan? Lalu, mengapa Emil berubah? Ada apa?"

Tak ingin tersakiti dengan pemikirannya sendiri, Soraya pun memutuskan untuk datang ke Jakarta agar bisa menemui Emil dan menemukan jawaban atas perubahan Emil. Mustahil jika hanya terlampau sibuk, pria itu berubah, pasti ada hal lain yang tidak Soraya ketahui telah terjadi.

Setelah menyiapkan mental dan segalanya, Soraya nekat pergi ke Jakarta membawa kedua putrinya hanya bermodalkan keyakinan hati dan alamat perusahaan Emil tanpa memikirkan bagaimana nasibnya bersama duo Key ketika berada di Jakarta nanti.

Soraya menamai kedua putrinya Keysia Annabela Theodore dan Keyla Anastasia Theodore, dia menyematkan marga suaminya di belakang nama putri mereka, bahkan Soraya memberikan mereka kalung dengan nama lengkap mereka yang ditutup dengan inisial T sebagai singkatan Theodore.

"Benarkah ini perusahaan mas Emil?" ragu Soraya menatap sebuah gedung besar di hadapannya.

"Maaf, Ibu, ada yang bisa saya bantu?"

Soraya membalikkan tubuh seratus delapan puluh derajat untuk melihat siapa yang menegurnya, "Eum ... maaf, Pak, apa benar ini kantor milik Emilio Fernandez Theodore?" tanya Soraya.

"Benar, Ibu, ada yang bisa saya bantu?" sahut satpam mengulang pertanyaannya.

"Saya ingin menemui mas Emil, apakah dia ada di dalam?"

"Apakah sudah memiliki janji?"

Bahu Soraya merosot mendengarnya, "Belum, Pak."

"Jika demikian, mohon maaf, Ibu. Anda tidak boleh menemui Bos Emil tanpa ada janji," balas satpam sopan.

"Maaf, Pak, tapi Mas Emil itu sua .... "

"Ada apa ini? Pak Budi, apa ada masalah?" tanya seorang wanita modis menyela ucapan Soraya.

"Maaf, Nyonya, ini ada yang mencari pak Emil dan ingin bertemu, tetapi dia tidak memiliki janji sebelumnya."

Takdir Kita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang