12. Emosi, ya?

43 2 0
                                    

Jeff tak percaya akan jawaban Keyla, tidakkah adiknya sadar atas apa yang dilakukannya? Merahasiakan? Oh, good! Bagaimana mungkin dia berpikir untuk merahasiakan kehamilannya sedangkan usia kandungan wanita itu sudah tiga bulan dan sebentar lagi akan terbongkar kala perutnya mulai membuncit.

"Key, kamu .... "

"Keputusan Key udah bulat, Bang! Key akan pergi dari kehidupan mas Arthur jika dalam dua bulan ini dia tidak juga menyadari kesalahannya, Key mohon bantu Key, Bang. Key gak mau mas Arthur sampai menyelakai dia karena salah paham, tolong ngertiin Key, Bang .... "

"Okey, terserah padamu."

Keyla berbinar dan memeluk tubuh pria di hadapannya seraya berseru, "Terima kasih, Abang!"

"Apa pun untukmu, little girl!"

"Yaudah, kita pulang?"

"Vitamin dan lainnya?"

"Nanti pak Leon yang urus, Abang antar kamu pulang."

"Gak mau, Key takut mas Arthur salah paham dan dia akan .... "

"Kamu tenang aja, ada Abang yang akan urus dia kalau sampai dia berlaku kasar sama kamu, okey?"

"Yaudah, ayo!"

***
Sesampainya di halaman rumah Arthur, Keyla membuka pintu mobil dan berjalan memasuki rumah. Namun, langkahnya terhenti kala Jeff menahan pergelangan tangannya sehingga Keyla menatap bingung pria itu.

"Kenapa, Bang?"

"Abang ikut!"

"Gak us .... "

"Abang gak terima penolakan! Abang cuma mau memastikan kamu baik-baik aja dan dia gak macem-macem sama kamu," potong Jeff yang dibalas anggukan pasrah oleh Keyla.

Ceklek.

"Dari mana saja, kau?"

Deg!

Tubuh Keyla menegang kala tatapannya tertuju pada Arthur yang kini berdiri tegap di ruang tamu dengan tangan bersedekap di depan dada. Menyadari ketegangan Keyla, Jeff mengelus lembut punggung tangan sang adik dan menitahkan wanita itu untuk tenang dengan berbisik tentunya.

"M ... Maaf, Tuan ... sa ... saya dari .... "

"Mengapa kau tegang seperti itu seakan tengah menginterogasi istrimu yang pergi tanpa pamit, Arthur? Bukankah Keyla hanyalah pelayan di rumah ini? Tentu ke mana pun dia pergi bukan hal yang patut untuk kau urusi, bukan?" sahut Jeff menatap sinis sahabatnya.

"Apa pun perlakuanku padanya bukanlah urusanmu, Jeff! Mengapa kau bisa bersamanya?"

"Cih! Dia dari supermarket depan untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuknya memasak sarapan pagi ini, dan yaa ... aku bisa bersamanya karena aku bertemu Keyla yang tengah kesusahan membawa barang beliannya sehingga aku membantu pelayanmu membawa semua barangnya ke rumah. Apakah aku salah, Arthur?" tekan Jeff pada kata pelayanmu.

"Supermarket? Benarkah? Sehingga satu jam lamanya? Bisakah dipercaya?"

"Tentu, banyak barang yang dibeli dan dipilihnya sehingga membutuhkan waktu satu jam untuk membelinya, setiap wanita tentu menginginkan makanan terbaik untuk keluarganya, ah ... aku lupa. Bukankah kau hanya pelayan di rumah ini, Sayang?" Jeff menatap penuh kasih adiknya yang kini hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan abangnya.

Keyla paham, tentu Jeff melakukan ini semata-mata untuk menguji emosi dan perasaan Arthur, apakah pria itu marah kala dirinya dipanggil sayang oleh pria lain atau tidak? Namun, abangnya tidak tau jika apa yang dilakukannya sia-sia saja, tidak akan berhasil sesuai harapan abangnya itu.

Takdir Kita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang