22🍁

409 15 0
                                    

Semoga cerita ini menghibur kalian sobat rebahan!
.
Tandain yaa kalau ada typo disetiap paragraf dalam komen
.
Jangan lupa Vote😡
.

🍁Happy Reading🍁

Hari senin kembali datang dimana semua aktivitas biasa mulai berjalan kembali. Setelah bersantai dihari libur kemarin kini balik lagi dengan pekerjaan kantor.

Ken sudah rapi dengan setelan jas kantor serta sang istri juga turut sibuk. Awalnya Tasya menyiapkan keperluan Ken hingga tiba-tiba pria tersebut memintanya untuk ikut bersama kekantor.

Tasya terus menolak tidak ingin ikut tapi tawaran Ken tidak bisa ia terima. Ken mengancam tidak akan mengizinkan Tasya makan tahu bulat lagi.

Demi apapun Tasya tidak bisa menolak atau membantah hal tersebut. Masa dirinya tidak diperbolehkan makan tahu bulat lagi jika tidak ikut dengan Ken.

Sungguh aneh suaminya ini, tapi apakah Tasya sudah menganggap Ken sebagai suaminya. Sulit dipercaya tapi tetap saja mau tidak mau Tasya harus menurut.

Tidak bisa dipungkiri jika ia tidak bisa makan tahu bulat lagi. Makanan paling faforit dalam sejarah hidup Tasya. Sebagai istri yang baik dan tidak sombong maka ia akan menurut.

Ia sudah siap dengan pakaian sopan seperti Ken. Memakai celana bahan panjang dengan atasan kemeja serta tambahan blezer hitam. Jika dilihat ia persis seperti CEO muda berkelas.

Dengan rambut digerai dan kacamata hitam yang berteger dihidung mancungnya. Bisa dibilang mereka memakai pakaian serupa atau biasa disebut sweet couple. Sama-sama mempesona dan serasi satu sama lain.

"Sangat cantik." Puji Ken menatap Tasya yang sedang bercermin didalam mobil.

"Dari dulu juga udah cantik kali." Balasnya dengan percaya diri.

"Hm, tapi awas saja jika kamu tebar pesona disana. Saya hukum nanti."

"Disana pada cakep gak orangnya?" Tasya sengaja memancing emosi Ken.

"Masih cakepan saya kali."

"Biasa aja sih."

"Oh jadi siapa yang sering menatap saya pagi-pagi dengan jarak yang begitu dekat?"

"Memuji ketampanan saya diam-diam?"

Anjir!

"Siapa ya? Kok berani banget sama suami orang." Ucap Tasya seolah pura-pura tidak tahu bahkan tanpa sadar telah menyebut Ken sebagai suaminya.

"Udah suami nih?"

"Emang bukan ya?"

"Iya deh istri."

Semua ucapan Ken tentu mengarah pada Tasya. Maklum jika Tasya sempat terpesona oleh ketampanan Ken. Setiap pagi ia terbangun lalu disuguhi wajah tenang milik Ken.

Apalagi pria tersebut sering menggoda dirinya dengan perlakuan lembut. Bagaimana bisa Tasya tidak memuji bahkan berbawa suasana.

Tak terasa mobil yang ditumpangi Ken dan Tasya sudah tiba. Sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi.

Banyak karyawan yang menyapa Ken namun tidak ada satu pun yang dibalas. Seperti biasa Ken memasang wajah datar nan tegas agar terlihat berwibawa.

My Psycho Is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang