11🍁

634 15 0
                                    

🍁Happy Reading🍁

Seorang gadis menangis tersedu-sedu dengan isakan yang terus keluar dari mulutnya. Ucapan dan perkataan seseorang membuat ia frustasi dan larut dalam kesedihan.

"Kamu itu harusnya belajar lebih keras lagi dari ini!"

"Lo itu masih dibawah gue dan gak akan pernah bisa saingin gue, sialan!"

"Mampus, makan tuh ucapan janji emang enak ditolak terus"

"Bagaimana dengan tawaran saya?"

"Tinggal terima aja apa susahnya sih! Lo bikin gue susah aja deh."

"Gue udah bebas sekarang! Dan elo masih terkurung disana hahaha."

Suara tersebut terus menggema hingga tanpa sadar keringat dingin bercucuran. Membasahi kasur dan juga baju yang dikenakan.

"GUE GAK MAU!!" Teriak seorang gadis dengan napas tersengal-sengal.

Ia adalah Tasya dan sepertinya baru saja mengalami mimpi buruk. Kemudian ia menyeka keringat yang membasahi tubuhnya. Melirik jam sekilas ternyata pukul empat ia terbangun dan bergegas pergi membersihkan diri.

Saat selesai membersihkan diripun ia masih terbayang mimpi semalam. Atau mungkin ia terlalu memikirkan ucapan Ken kemarin perihal tawaran itu.

Melakukan aktivitas seperti biasa Tasya mulai membuat sarapan dan bergegas pergi kuliah. Sepertinya ia harus memberi jawaban yang pas kepada Ken soal tawaran kemarin.

Berada diparkiran kampus Tasya tidak sengaja melihat mobil Ken yang baru tiba. Mungkin ini saatnya ia bicara mengenai tawaran yang sudah merusak mimpinya semalam.

Tasya menghampiri Ken yang ternyata sedang menelpon. Ia mengkode Tasya agar berjalan kearah taman kampus. Ken menutup panggilan tersebut dan kembali menatap Tasya yang menunggu dirinya.

"Saya terima deh tawaran bapak yang kemaren." Putus Tasya tanpa mengalihkan pandangannya.

Cukup malu memang mengatakan hal tersebut pasalnya ia sempat menolak dan sekarang malah menerimanya. Apa harus ia katakan soal mimpi buruk semalam bahwa ia ditekan untuk segera selesai.

Tapi itu tidak mungkin karna gengsi Tasya setinggi langit. Masa ia harus bercerita soal mimpi yang entah kenapa malah membuat ia frustasi. Ini juga karna Ken sendiri yang terus menanyai soal tawaran sialan itu tapi Tasya malah menerimanya.

Ken menatap heran Tasya yang sedari tadi tidak memalingkan wajahnya. Tanpa sadar ia tersenyum tapi sangat tipis entah kenapa ia senang mendengar ucapan Tasya barusan.

Namun dengan cepat ia menetralkan wajah tersebut dengan cuek seolah masa bodo.

"Kemarin kamu menolak keras lalu kenapa sekarang menerimanya?"

"Saya berubah pikiran."

"Secepat itu kah? Tapi saya tidak mau menerimanya kembali." Ucap Ken membuat Tasya berpaling.

Dengan nada sewot Tasya langsung menyemprot Ken. "Loh gak bisa gitu dong kemaren bapak maksa saya untuk terima. Sekarang sudah saya terima bapak malah nolak."

Ken mengangguk mendengar penuturan Tasya barusan. Bahkan ekspresi wajah perempuan tersebut sangat lucu.

"Apa kamu siapa menerima semua konsekuensinya dari saya?"

"Terserah deh yang penting tugas akhir saya selesai."

"Hm baiklah jika itu mau kamu." Ken berdiri meninggalkan Tasya yang berdiam diri menatap kepergian Ken.

My Psycho Is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang