14🍁

471 16 0
                                    

Kalian ada yang bosen gak sih sama setiap part yang aku puslish?
.
Harap komen ya kalo ada typo
.
Jangan lupa vote guys😡
.
🍁Happy Reading🍁

Butuh 20 menit untuk Ken mengkoreksi setiap paragraf skripsi. Ia begitu teliti sampai membuat Tasya bosan. Pasalnya tidak ada yang membuka obrolan dari mereka.

Ken mulai menatap Tasya yang juga menatap dirinya. "Ayo pergi kekampus dan ajukan tugas akhir kamu." Ucapnya.

Tasya mengangguk dan masuk kekamar berganti pakaian. Akhirnya setelah sekian lama tugas itu diajukan juga. Lalu Tasya harus bilang apa pada dosen no akhlak yang menyebalkan itu.

Didalam mobil hanya ada keheningan tidak ada yang membuka topik pembicaraan mungkin karna gengsi. Tapi tak lama mobil yang Ken kendarai memasuki area kampus.

Ken sengaja menawarkan tumpangan pada Tasya dan ternyata gadis itu menerimanya. Mereka berjalan menuju ruangan dimana skripsi diajukan.

Ia diberi tahu jika tugas akhir yang Tasya kerjakan diterima tanpa hambatan. Mendengar hal tersebut sontak membuat Tasya kegirangan bukan main.

Saat berjalan menuju kelas Tasya tidak sengaja berpapasan dengan dua curut. Dengan senyum yang masih terpampang jelas ia segera menghampiri temannya.

"Dia kenapa sih senyam-senyum gitu, ngeri gue liatnya." Ucap Melia menyenggol bahu Rikky.

"Halo kalian best friend gue." Sapa Tasya dengan senang.

Melia mengeryit. "Lo napa dah bahagia bener kayaknya, kesambet apa kemaren?"

"Mungkin kesambet sama pangkuan bapak Ken kali." Bisik Rikky pada Melia.

"Kesambet setan baru tahu rasa lo!"

Mendengar ucapan Melia barusan membuat Tasya cemberut. "Jahat lo sama gue, temennya lagi seneng kenapa gak ditanya!"

"Gue males ngomong!"

"Fuck buat lo berdua." Sarkasnya marah.

"Dih sensi bener lo, kayak masker aja!"

****

Perlu dicatat dalam sejarah jika Tasya sedari tadi menampilkan wajah manisnya. Tidak bisa luntur dalam kondiri makan pun disaat semua orang menatap heran keempat orang tersebut.

Bisa dibilang ini berlebihan karna Tasya selalu memasang wajah jutek. Tapi hari ini dirinya harus full senyum kalo bisa sampe diabetes.

Tasya mengajak dua curut dan Ken untuk makan siang dikantin. Ya itung-itung mentraktir dan makan gratis bagi temannya. Keadaan cukup ramai dikantin dan meja Tasya menjadi pusat perhatian.

Tentu karna kehadiran Ken ditengah-tengah mereka. Membuat iri dengki saja para menusia ini bisanya mendumel tanpa langsung berhadapan.

"Udah kali Sya senyumnya mulut lo kagak kaku apa." Ucap Melia yang sudah cape menghadapi sikap Tasya.

Tasya mengeleng. "Gue tuh terlanjur seneng banget dan lo gak boleh nahan gue buat senyum karna itu juga ibadah!"

Rikky merotasikan mata jengah. "Terserah lo deh ampe bikin anak orang mampus awas lo minta bantuan gue."

"Siapa juga yang mau minta bantuan elo! Gak usah geer!"

"Siapa tahu lo butuh gue begimana tuh."

"Tidak akan!"

Rikky lebih memilih menghabiskan makanannya daripada meladeni sikap Tasya. Sejak tadi Ken hanya menyimak tanpa menyela atau ikut nimbrung.

Setelah makan siang dikantin mereka memutuskan untuk pulang. Tak terasa memang mereka berada diparkiran kampus sekarang.

My Psycho Is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang