19🍁

395 20 0
                                    

🍁Happy Reading🍁

Hari-hari berlalu begitu saja kehidupan rumah tangga Tasya tidak berubah, masih sama seperti semula. Tidak ada obrolan seperti pasangan pada umumnya itu pun jika diperlukan. Dan sampai saat ini pula tidak ada interaksi lebih selain obrolan yang semestinya.

Mereka hanya dua manusia asing yang tinggal satu atap bersama. Entah soal perasaan karna diantara mereka tidak ada yang menanyai persoalaan itu.

Bahkan gengsi mereka sama-sama tinggi bahkan tidak jarang salah satu diantara mereka ada yang menurunkan gengsi. Hanya sekedar bertanya atau memulai topik pembicaraan.

Rasanya sangat canggung tinggal bersama orang yang tidak saling dikenal. Ken selalu mencari suasana agar Tasya merasa lebih nyaman dalam menanggapi.

Sikap Tasya pun tidak jauh berbeda seperti biasa yaitu cuek dan masa bodo. Ia tidak terlalu mengurus pekerjaan rumah karna ada asisten yang membantu. sebenarnya Tasya pun merasa bosan karna tidak melakukan kegiatan apapun.

Ia hanya memasak untuk sarapan pagi dan menyiapkan keperluan Ken saat pergi kekantor. Lalu ia berdiam diri dikamar sampai Ken pulang dan memasak makan malam. Hanya itu kegiatan Tasya sehari-hari dan terdengar monoton.

"Jika kamu bosan diapartemen terus, lebih baik kamu temani saya bekerja dikantor." Ucap Ken sembari memakan roti.

Kini mereka berdua sedang sarapan dengan roti panggang diberi selai. Lalu segelas susu sebagai pelengkap dalam sarapan kali ini.

"Nanti ngapain aja disana? bakal bosen gak? lama gak kalo bapak kerja?" Ucap Tasya tanpa jeda.

Ken menghela napas. "Terserah kamu, yang pasti jangan panggil saya bapak." Tekannya pada kalimat terakhir.

Jujur saja panggilan dari Tasya membuat Ken sedikit risih, pasalnya ia sudah menjadi suami Tasya dan kurang cocok rasanya dengan sebutan 'bapak'. Terdengar aneh saja ditelinga Ken karna ia buka lagi dosen dan Tasya bukan mahasiswi.

"Ya terus mau dipanggil apa?"

"Masa om? Eh jangan, atau mas aja? Ish kurang cocok, coba kasih saran jangan diem aja!"

"S A Y A N G." Ucap Ken menekan setiap ejaan tersebut.

"Tapi saya gak sayang!" Celetuk Tasya.

"Jahat sekali kamu."

"Gak papa, kan jahatnya sama bapak doang."

"Dosa jika jahat pada saya."

"Kayak gak jahat aja sama saya."

"Terserah, asal jangan panggil saya bapak titik!" Tekannya dan pergi begitu saja.

Membuat repot saja soal panggilan nama, memangnya ada yang salah jika Tasya memanggil sebutan 'bapak'?

Atau mungkin Ken ingin panggilan khusus untuk dirinya sendiri. Lalu panggilan apa yang cocok untuk Ken sidosen laknat nan mesum tersebut.

Tasya seketika tersenyum miring karna sudah menemukan panggilan yang pas untuk Ken. Permainan akan dimulai sekarang dan seterusnya, mari kita lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya.

****

Sebuah mobil hitam berhenti tepat digedung yang terbilang mewah. Sebuah perusahaan ternama milik sang suami. Bisa ditebak jika perempuan yang baru saja keluar dari kendaraannya adalah Tasya.

Penampilan dirinya tergolong biasa saja karna niat Tasya kemari adalah untuk menemui Ken sembari membawa makan siang. Berada diapartemen setiap saat membuat ia merasa jenuh dan bosan.

My Psycho Is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang