9

5.3K 673 15
                                    

Sore ini Arland masih berkutat dengan laptop dan setumpuk kertas yang berserakan di mejanya. Kedua anaknya pergi camping sekarang, Arland juga sudah menanyakan kabar mereka berdua, namun seperti biasa hanya Sagara yang selalu mengabaikan pesan darinya.

Hahh

Ia hanya dapat menghela nafas panjang, butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi putranya yang satu ini. Arland kemudian mengedarkan pandangannya dan terhenti pada figura foto yang terpajang apik di sana.

Atensi Arland sepenuhnya telah teralihkan pada foto itu, foto keluarga barunya. Harusnya ia senang memandang foto itu, padahal jelas didalamnya terdapat wanita yang ia cintai bersanding bersamanya. Terlebih lagi, sosok anak kecil yang mirip dengannya melengkapi foto tersebut.

Namun setiap kali memandang foto dengan bingkai indah itu, hati Arland malah terasa sesak.

"Kenapa selalu seperti ini? Kenapa kebahagiaan yang dulu selalu ku impikan malah terasa menyakitkan?"

"Maafkan aku Nara, sampai akhir menjemputmu aku masih belum pernah memberikan kebahagiaan"

"Bahkan malaikat kecilmu hanya mendapatkan rasa sakit saat bersamaku"

Ucapan penuh penyesalan terus bergema dalam batin dan pikiran Arland. Dihantui oleh rasa bersalah membuat hidup Arland tak pernah tenang, ia hanya dapat berharap semoga perasaan ini tidak membunuhnya.

Arland lantas membuka laci pada meja yang ia tempati. Di sana tersimpan sebuah foto lama sebuah keluarga yang tampak harmonis, terutama dengan hadirnya sosok Nara dan Sagara kecil didalamnya. Setiap melihat foto itu mata Arland seakan mengisyaratkan kerinduan yang mendalam.

Yah Arland akui bahwa ia egois, karena menginginkan dua wanita untuk mengisi hatinya. Menginginkan Rasya sang kekasih namun ia juga tak ingin melepaskan sosok Nara, bisa dibilang ia serakah untuk memiliki keduanya.

Drett...

Dering telepon menghentikan secara paksa lamunan Arland, melirik sejenak pada benda persegi panjang yang terus berbunyi itu.

Sagara

...Calling...

Ia reflek langsung mengangkat panggilan telepon tersebut setelah mengetahui nama yang tertera pada layar ponsel itu.

Banyak yang terlintas dibenaknya, seorang anak yang tak mau mengakui Arland sebagai ayahnya kini menelepon! Bukankah ini termasuk kemajuan dari pendekatan Arland selama ini?

"Hall-" ucapan Arland langsung terpotong oleh orang yang menelponnya

"Eh ente cepetan ke rumah sakit X, Sagara sekarat otw meninggoy. Jangan lupa bawa uang buat bayar pengobatan, gua gak punya uan- maksudnya nggak bawa uang"  ujar kasar seorang diseberang sana

"Kamu siapa? Kenapa ponsel Gara bisa sama kamu? Gara kamu apakan? Bagaima-" lagi-lagi ucapan Arland diserobot dengan tidak sopan nya

"Tanya nya satu-satu woy, mulut gua cuma satu ini. Jadi gini aja singkatnya, gua Alkan Devano yang nyelamatin anak lu Gara. Gara tadinya udah mau ketemu tuhan akibat kelakuan anak lu yang satunya si Kevin" jelas Alkan

"....." Hening tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Arland

"Tuan Arland yang terhormat lu masih di situ kagak sih?!" Ucap Alkan jengkel karena ocehannya tak mendapat jawaban

"Saya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit X, saya harap kamu tidak berbohong" Tegas Arland yang saat ini sudah menjalankan mobilnya

Tutttt...

Help a Rich BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang