5

6K 761 17
                                    

Pukulan demi pukul terus terarah pada tubuh Sagara. Ia tak mampu memompa tubuhnya lagi, Sagara jatuh pingsan. Sepertinya mereka sudah cukup puas, memberikan beberapa tendangan sebelum akhirnya meninggalkan rooftop.

Tubuh Sagara penuh luka juga memar yang amat terlihat jelas. Sagara tergeletak pingsan dan ditinggalkan sendirian di rooftop, Alkan sedari tadi ingin membantu namun keadaan kurang memungkinkan.

Memangnya apa yang dapat dilakukan seekor merpati dalam menghadapi kumpulan remaja puber. Yah meskipun jiwa merpati itu adalah Alkan yang kerap gelut sana sini tapi melawan remaja keroyokan sama saja cari mati. Bisa-bisa nanti Alkan malah dijadikan sate merpati, udah hidup konyol mati pun konyol.

.

.

.

.

Matahari akan segera tenggelam, langit biru berganti dengan semburat jingga. Halaman sekolah pun ramai oleh siswa-siswi yang hendak pulang, namun  disini Sagara tak kunjung membuka mata.

Alkan panik setengah mati, bagaimana jika Gara meninggal sebelum waktunya, bagaimana jika tak ada yang menyadari kematian Gara, dan bagaimana jika Alkan menjadi tertuduh pembunuhan sebab ia satu-satunya yang berada disekitar Gara?! untuk yang terakhir Alkan memang agak paranoid.

Pada akhirnya Alkan terbang mendekat pada tubuh yang tergeletak itu. Ternyata setelah dilihat lebih dekat, luka dan memar Sagara sungguh nampak parah.

"Sial, jadi teringat masa lalu" batin Alkan

Kembali ke niat awal. Alkan mendekat pada wajah Gara, lebih tepatnya pada bagian hidung. Terdengar nafas Gara yang masih teratur, itu berarti Alkan tidak menjadi tersangka pembunuhan dan dia tidak akan dipenjara, sungguh senangnya.

"Nah sekarang masalahnya kenapa nih anak gak sadarkan diri? Apa jangan-jangan dia pingsan sekaligus dilanjutkan tidur?" Ucap Alkan dengan nada berpikir

"Dek bangun dek, Mas? Kak? Om? Nak? Sesepuh? Mbak? Woy bangun gak lu njir" bentaknya

Alkan bingung mencari cara agar Gara segera bangun, ini sudah hampir sore! Kasihan emak bapaknya, walau sebenarnya Alkan tak tau apakah Gara masih memiliki keluarga atau tidak, memang tokoh Sagara ini hanya minim kata dalam novel.

Cara terakhir pun Alkan kerahkan. Kembali mendekat pada wajah Gara, Alkan mengerakkan sayapnya tepat didepan hidung pemuda itu. Bulu lembut pada sayap Alkan menggelitik, hal ini membuat hidung Gara geli.

"Kitik...kitik bangun gak lu!" Ancam Alkan yang menggelitik hidung Gara, berharap dengan ini Gara bersin atau apalah asalkan bangun.

Hacin

Sagara pun bersin sebab geli pada hidungnya.

"Akhirnya bangun deh" ucap Alkan dalam hati, ia bahagia karena usahanya tak sia-sia

Sagara menerjapkan mata karena terbangun dari tidurnya. Iya tidur, awalnya ia memang pingsan tetapi saat sadar tubuhnya sakit dan tak dapat digerakkan alhasil dia lanjutkan tidur saja. Andai Sagara tau kalau saat itu ada seekor burung paranoid yang panik setengah mati karena dirinya yang tak kunjung sadar.

.

.

.

.

Hahh

Sagara yang berdiri di depan pintu apartemennya hanya dapat menghela nafas kasar. Mau bagaimana lagi? Merpati yang dia temui di rooftop tak mau melepaskan dirinya.

Dan lihat sekarang! Betapa angkuhnya merpati ini. Setelah mengikutinya, sekarang merpati ini dengan lancang telah duduk di atas kepala Sagara.

-Flashback on-

Help a Rich BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang