Drett...drettt..
Ponsel itu berdering tanpa henti, namun tak ada yang menyadarinya...
Pagi ini di rumah Revan, mereka sedang bersenang-senang, bermain sebisa mungkin. Menikmati waktu selagi ada. Revan serta Rengala bercanda, saling mengejek, dan berujung kejar-kejaran seperti tim and Jerry. Hal ini berbanding terbalik dengan Alkan yang tengah mengajari Sagara berenang agar kejadian pada masa itu tak terulang.
Sibuk dengan keseruannya masing-masing sampai lupa waktu. Kapan lagi mereka bisa tertawa sebebas ini tanpa ada masalah yang menganggu. Bahkan matahari kini sudah berada tepat di atas kepala, siang telah tiba tanpa terasa.
"Ga ponsel lu berdering mulu!" Teriak Revan yang menyudahi pertengkarannya dengan Gala
"Bentar" balas Alkan yang kini tengah mengeringkan rambut Sagara
"Dah selesai, sana pergi" ujar Alkan pada Sagara
Anak itu mengangguk dan berjalan secepat yang ia bisa menuju meja pada ruang tengah di mana ia menyimpan ponsel nya. Alkan pun hanya geleng-geleng kepala yang kemudian mengambil langkah mengikuti Sagara.
Tangan bocah itu dengan gesit meraih ponsel dan mengerakkan jemarinya untuk membuka panggilan yang tengah berdering tanpa henti. Tertera nama pada panggilan itu, 'Om Bara'
Semua berkumpul diruang tengah dan menyaksikan Sagara yang melakukan panggilan telepon. Sebenarnya mereka agak heran, karena Sagara tak merespon apapun. Bisa dikatakan bocah itu tidak berbicara sepatah kata dan hanya mendengarkan.
Namun mereka juga peka akan perubahan raut wajah Sagara. Entah apa yang terjadi, tetapi saat ini Sagara tiba-tiba berlari keluar meski tetap saja kakinya yang pincang menyusahkan pergerakannya.
"Ga lu mau kemana?" Teriak Rengala seketika
Tanpa basa-basi mereka bertiga ikut berlari mengikuti Sagara. Alkan menahan tangan anak itu agar menjelaskan apa yang sedang terjadi. Akan tetapi Sagara malah meronta dan kembali berlari.
Bruk...
Sagara tau apabila ia tak akan mampu berlari cepat karena kakinya, tapi ia terus memaksa sampai berakhir jatuh tersungkur.
Rengala berjongkok dan membantu Sagara, memegangi anak itu agar tak meronta lagi. Namun lihat apa yang mereka temukan, Sagara sudah berlinang air mata. Tangis nya sesenggukan....
"Hei? Apa yang terjadi ga? Jangan nangis, ada apa? Katakan sesuatu" tanya Rengala
Disodori pertanyaan malah membuat tangis Sagara menjadi lebih pedih. Alkan yang tak mengerti lantas menarik Sagara pada pelukannya, mulutnya mengeluarkan banyak kata penenang.
"K-kenapa? Dia mati Al mati" ucap Sagara berulangkali
"Gua nggak pengen dia mati Al. Dia jahat, gua cuma kecewa bukan berarti gua benci" lanjutnya disertai tangis yang mereda
Alkan melonggarkan pelukannya. Tangannya mengusap air mata yang tersisa. Dengan pandangan teduh nya, Alkan balik bertanya...
"Siapa hemm? Jelaskan apa yang terjadi?" Tanya lembut Alkan
Tangan Sagara mengerat pada pakaian yang tengah Alkan kenakan. Belahan bibir itu terbuka hendak mengucapkan sebuah kata...
"Esta, dia bodoh Al dia malah pergi dari dunia ini. Padahal tau kalau gua takut sendirian" ujar Sagara lirih
"Maksudnya Dion?" Ulang Alkan
Anak itu mengangguk pelan sebagai tanda pembenaran akan pertanyaan yang Alkan sodorkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Help a Rich Boy
FantasyTransmigrasi protagonis? antagonis? figuran? Mau adu nasib sama Alkan Devano yang baru aja tidur malah kebangun di raga burung merpati. ----------------------------------------------------- Saat ini ia mulai mengamati tubuhnya sendiri, kaki bentukn...