33

1.8K 190 15
                                    

Derap langkah terdengar menggema dari sepatu Alkan yang terus bergesekan dengan lantai. Ia melangkah mendekati ruang kesehatan dengan hati-hati karena di tangannya sekarang terdapat semangkok bubur ayam.

"Sagara belum makan kan? Apalagi habis nangis, gua rasa semangkok bubur cocok untuk mengisi perutnya" batinnya yang diiringi senyum tipis

Namun kenyataannya saat Alkan membuka ruang kesehatan, sudah tak ada siapapun di sana. Ia kemudian meletakkan mangkuk itu dan mulai memanggil Rengala ataupun Sagara tapi tetap saja tak ada sahutan.

"Mereka sudah pergi untuk menjawab panggilan dari kepala sekolah" sahut seseorang

Alkan kemudian membalikkan badannya dan menemukan Dion yang bersandar pada pintu.

"Ngapain lu ke sini?" Ketus Alkan

"Sekedar info, UKS emang di buat untuk semua penghuni sekolah" balas Dion

Daripada melakukan perdebatan yang tak berguna, Alkan memilih mendengus kesal dan beranjak meninggalkan tempat itu. Akan tetapi lengan nya di tahan oleh Dion yang tentunya membuat Alkan menaikan sebelah alisnya dengan bingung.

"Buka ponsel lu dan lihat apa yang udah gua kirim" ujar Dion dengan serius

Bola mata Alkan berputar malas, tapi tetap saja jemarinya bergerak untuk membuka pesan dari nomor tak dikenal yang tentunya milik Dion.

Alkan tertawa ringan setelah melihat video yang Dion kirimkan. Lantas ekspresi wajah itu berubah datar kembali saat handak berbicara dengan orang dihadapannya itu.

"Untuk apa?" Tanya Alkan

"Gua ingin membantu kali ini. Gua udah nggak tahan dengan semua ketidakadilan yang dihadapi Sagara selama ini" jawabnya

"Gua titip Sagara sepenuhnya ya Al, selesaikan masalah ini dan jangan membuatnya berjuang sendiri seperti yang telah gua lakukan" pesan Dion dengan tatapan tajam

Alkan hanya berdehem sembari mengangguk kemudian melangkahkan kakinya kembali. Namun tak lama setelahnya Dion mendengar teriakan bocah itu.

"Lu bisa percaya gua!" Teriak Alkan

Dion tersenyum geli tetapi ekspresi itu hanya bertahan sesaat. Ia lantas mengambil benda pipih di saku celana dan dengan cepat menggerakkan jemarinya untuk mengetik sesuatu.

"Sempurna, mungkin ini hadiah terakhir yang bisa ku berikan pada tuan muda" batinnya

Berbeda dengan Alkan yang saat ini masih tersenyum layaknya orang gila. Entahlah dia seperti telah mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Terutama ucapan Dion tadi...

"Dasar tsundere" ucap Alkan dalam hati

Bagaimana tidak? Sejujurnya selama ini bukan hanya Alkan yang mengawasi Sagara melainkan Dion juga melakukan hal yang sama.

Namun perbedaannya adalah Alkan selalu menunjukkan perhatiannya dan kepedulian secara langsung, hal ini berbeda dengan Dion yang hanya sekedar mengawasi agar Kevin tak melakukan pembullyan yang berlebihan. Dion juga kerap kali mengirim kotak obat atau makan di depan pintu apartemen Sagara.

.

.

.

.

Sementara itu, kini terdapat empat orang yang berkumpul di ruang kepala sekolah. Tentunya terdiri dari sang kepala sekolah, Sagara, serta Kelly dan ibunya.

Bagaimana dengan Revan ataupun Gala? Jangan tanya, mereka tak boleh memasuki ruangan itu yang membuat gerutuan keluar dari mulut keduanya.

"Apakah sekolah ini sudah kehilangan nilainya sampai-sampai kejadian menyedihkan seperti ini terjadi pada putri ku yang malang" ucap ibunda Kelly sembari mengelus rambut sang putri

Help a Rich BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang