Ariana menggeliat mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia membuka mata mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Matanya berhenti pada jam kecil diatas nakas. Matanya membelalak.
"Astaga pukul 10?", pekiknya. Ia bangkit dan duduk cepat. Tubuhnya hampir oleng saat Ariana mencoba untuk berdiri.
"Oh God, what happen to me?", keluhnya bertumpu pada tepi ranjang. Ia mencoba mengumpulkan kesadarannya.
Pandangan Ariana tiba-tiba berputar. Ia mencoba menenangkan diri. Ia memijit pelan dahinya. Tangannya turun memijit tengkuknya lalu turun ke pundak.
Wajah barefacenya berubah bingung saat menyadari kini bahunya telanjang. Matanya beralih cepat pada tubuhnya yang masih terbalut selimut.
"Seriously again, Ariana?", ucapnya hampir tak terdengar. Wajahnya berubah pucat.
Sekali lagi ia memperhatikan sekujur tubuhnya.
Naked!
Seutuh-utuhnya!
"Holy shit!"
Ariana meneguk ludah kasar. Ia dengan cepat mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar. Hanya dirinya disini.
Ariana menggeram kesal. Ia berteriak didalam selimut.
"AAAARGHH ARIANA BEGO", teriaknya dalam selimut. Ia kesal dengan dirinya sendiri.
Ia mengutuki kelakuan bodohnya.
"KENAPA AKU BAHKAN BISA JADI PROFESSOR JIKA TERNYATA SEBODOH INI!??", erangnya sambil berguling-guling diatas ranjang.
Jika Ariana saja heran akan kebodohannya maka semesta pun ikut heran.
Ariana duduk termenung di ranjang setelah puas mengata-ngatai dirinya sendiri. Kini rambut dan wajahnya makin berantakan.
"I said I choose you"
Ucapannya semalam terlintas dalam pikirannya. Ariana tertawa miris mengejek dirinya sendiri.
"Oh berani sekali Ariana", cibirnya pada dirinya sendiri.
Ia menggeleng berkali-kali. Ia tak habis pikir. Apa yang sudah terjadi? Kini otak pintar nya baru muncul. Rentetan kejadian semalam muncul lengkap dalam pikirannya.
"Kalau kakak berhenti sekarang, aku akan maafkan"
"Jangan maafkan aku kalau gitu"
"Oh lihatlah otak bodoh ini, aku tidak sadar saat mabuk namun ingatan nya sangat bagus sampai sedetail itu", ucap Ariana meringis.
Ia tertawa bak orang idiot. Ariana mengusap wajah nya kasar. "I just destroyed everything", ucapnya frustasi.
Ia mengedarkan pandangannya mencoba menemukan handphonenya.
"Where did that damn thing go?"
Ariana turun dari ranjang dan memungut handuknya semalam dari bawah ranjang. Wajahnya memanas saat ingat kejadian semalam.
"I definitely not human", ujarnya sambil menepuk-nepuk pipinya pelan.
Ia memasangkan handuk pada tubuhnya cepat lalu berlari ke walking closet untuk mengambil baju. Beberapa menit kemudian Ariana keluar dari ruangan itu berbalut hotpants dan kaos oblong sepahanya.
"Astaga kemana pergi nya benda sialan ituu?", gerutu Ariana mengacak-acak spreinya berharap handphone nya nyempil disana.
Ceklek. Pintu kamar terbuka.
Ariana menghentikan pencarian nya lalu mengalihkan perhatian cepat ke arah pintu. Ia membeku di tempat saat mendapati Rebecca kini sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romance"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...