Chapter 27

4K 279 8
                                    

Ariana berjalan cepat menuju ruang rapat. Ia melirik jam tangannya sekali lagi. Sudah pukul 10 pagi.

Ia terlambat hadir untuk rapat direksi. Zainal sudah meneleponnya dari tadi. Ariana mengusap keringat di dahinya sebelum membuka pintu ruangan.

"Nah, akhinya yang ditunggu datang", ucap Anton tersenyum senang.

Ariana duduk di kursi pimpinan, "Mohon maafkan kelalaian saya datang terlambat pagi ini, ada sedikit masalah di rumah", ucapnya.

Ariana menunduk memohon maaf kepada seluruh direksi yang sudah duduk di kursi masing-masing.

"Ekhem, mungkin kita bisa mulai rapatnya sekarang?", Zainal memecah suasana tak enak dalam ruangan itu. Semua orang mengangguk.

Zainal bangkit dari duduknya dan berdiri diatas podium, "Baik, izinkan saya membuka rapat kali ini, seperti janji sebelumnya seharusnya rapat kita adakan minggu lalu namun terjadi musibah yang menimpa anak bungsu Pak Berry, jadi rapat kita tunda menjadi hari ini. Kita masih akan mendiskusikan soal tim manajemen profesional untuk mengelola firma ini, untuk lebih lanjutnya saya akan mengambil suara, silahkan masukkan kertas suara ke dalam kotak yang sudah kita sediakan"

Satu persatu para direksi menuliskan pendapatnya dan memasukkan nya ke dalam kotak seperti yang di perintahkan oleh Zainal. Setelah selesai, Zainal menghitungnya didepan semua orang.

"Sembari menunggu perhitungan suara, izinkan saya bicara sedikit, saya mewakili Alm. Berry Michelle, berharap apapun keputusan hari ini, kepedulian bapak dan ibu terhadap firma ini tidak akan berkurang, siapapun yang akan memimpin tim manajemen, tugas firma ini dalam memberikan pelayanan hukum tidak akan berubah", ucap Ariana.

"Kami sempat bicara sebelum rapat, hanya percakapan santai saja sebenarnya, semisal keputusan hari ini hasilnya tidak setuju untuk tim manajemen profesional, bagaimana pendapat mbak Ariana jika diminta mengambil alih?", Anton bicara dari ujung meja.

Ariana masih ingat ia pemegang saham terbesar disini. Sedari awal dia tampak kekeuh agar Ariana yang mengambil alih.

Ariana tersenyum, "Saya masih berpikir hal yang sama seperti rapat sebelumnya".

Ariana mencoba mencari jawaban yang aman. Zainal sudah meneleponnya tadi pagi. Keadaan antara direksi tak cukup baik.

"Tampaknya pak Anton cukup yakin untuk keputusan yang bahkan belum keluar, huh?", desis Gunawan.

Tampaknya ia masih belum berbaikan dengan Anton sejak rapat sebelumnya.

"Saya hanya bicara kemungkinan saja"

"Mohon perhatiannya, penghitungan suara sudah selesai", suara Zainal menghentikan perdebatan mereka.

Semua orang mengalihkan pandangannya pada Zainal. Begitu juga dengan Ariana.

"Hasilnya adalah...", Zainal mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"90 % direksi tak setuju manajemen dipindahkan ke tim profesional", ucap Zainal sambil tersenyum lebar. Anton bertepuk tangan.

Ariana meneguk ludah kasar memegang pegangan kursinya. Apa yang baru saja Zainal ucapkan?

"Kami memaklumi bahwa mungkin mbak Ariana belum mampu sepenuhnya untuk membawa beban ini tapi jika mbak Ariana bersedia untuk sepenuhnya memberikan dedikasi ke firma ini, untuk saat ini sudah jauh lebih cukup", ucap Anton.

"Apa artinya itu saya harus berhenti jadi dosen?"

"Yaa sepatutnya begitu, keluarlah dari kampus lalu berikan perhatian sepenuhnya pada firma ini, itu saran kami, saya sudah bicara pada direksi", jawab Anton. "Saya kira pak Gunawan juga akan setuju", imbuhnya kemudian tersenyum tipis pada Gunawan yang tak bisa berkutik.

Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang