Maybe you never know how excited I am every day uploading chapter by chapter and knowing that someone is waiting for it.
-Author yang budiman
----
"Kak, aku takut", cicit Rebecca. Kini air matanya jatuh.
Melihat Rebecca yang tiba-tiba menangis, Ariana menghentikan aksinya. Kini ia tidak lagi tersenyum. Ia menarik gunting yang ia pegang. Rebecca menarik nafas lega.
Ariana melempar guntingnya sembarangan lalu menghambur ke dalam pelukan Rebecca tiba-tiba.
Rebecca berjengkit kaget untuk kedua kalinya menyadari kelakuan tak masuk akal Ariana. Ia hampir terjengkang jika saja tembok tidak ada dibelakangnya.
"Ka-kak? what's wrong with you?", ucapnya tertahan saat Ariana memeluknya terlalu erat.
"Gimme a hug", Ariana berbisik di telinga Rebecca.
"Y-ya oke, tapi bisa longgarkan sedikit?", pinta Rebecca hati-hati.
Masih takut jika Ariana kembali mengamuk atau memasang tampang psiko seperti tadi.
Ariana menurut dan melepaskan pelukannya. Ia menatap Rebecca lekat-lekat. Matanya sayu. Pandangannya masih tak fokus. Pengaruh alkohol.
"Please jangan kayak tadi lagi, aku takut", ucap Rebecca. Wajahnya masih pucat.
Ariana nyengir, "Aku hanya mau minta pelukan, makanya nyuruh hands up", jawabnya tanpa dosa.
Rebecca terperangah. Ia menggeleng tak habis pikir dengan pola pikir Ariana.
"Sejak kapan minta dipeluk bisa berpotensi kriminal?", ucapnya lirih.
Ariana tergelak, "Takutnya kamu nolak, aku lagi ga mau ditolak"
Rebecca melongo seperti orang idiot. Ariana menarik pinggang Rebecca ke dalam pelukannya. "Please, just five minutes"
"Kita bisa kesemutan jika selama itu"
Ariana terkekeh dalam pelukannya. "Kamu masih marah sama aku?", bisiknya.
"Aku ga pernah marah"
"Bohong, kamu diemin aku tiga hari", rengek Ariana.
"Bukan sebaliknya?"
Ariana melepaskan pelukannya dan menatap Rebecca.
"Becca, aku mual", ucapnya. Ariana menggembungkan pipinya.
"Tahan!", ucap Rebecca memegang kedua pundak Ariana.
Ariana menggeleng dan diam di tempat saat Rebecca menarik lengannya untuk naik ke lantai dua.
"Aku pusing", keluhnya.
Rebecca yang sudah menaiki satu anak tangga lebih dulu dari Ariana kembali berdiri di depan Ariana.
Ia meraba dahi Ariana khawatir, "Yuk kita istirahat, kayaknya masuk angin deh"
Ariana merebahkan kepalanya di pundak Rebecca. Pandangannya berkunang-kunang. Kini seluruh isi perutnya serasa ingin keluar.
Huekk.
Huekk.
"Oh God", Rebecca menggertakkan gigi menahan kekesalannya.
Ariana baru saja muntah di lehernya. Ia meremas lengan Ariana menahan amarah.
Nasi sudah jadi bubur. Kini seluruh bajunya sudah kotor. Ia menengadah mencoba menenangkan diri.
"Udah?", tanyanya pada Ariana setelah beberapa saat manusia itu diam di ceruk lehernya.
"Hmm", Ariana mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/340468173-288-k531582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romance"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...