Rebecca bergegas mengambil laptopnya. Ia keluar kamar sambil merapikan rambutnya. Ia berkali-kali melirik jam tangan coklat yang melingkar di pergelangan tangannya. Karena semalam menangis hebat, ia ketiduran tanpa tahu baterai handphonenya sudah tidak ada.
Alhasil alarmnya pagi ini tidak berbunyi sedangkan ia harus kelas jam setengah 8. Kini sudah jam 7.20. Oh astaga. Rebecca hanya bisa berharap masih bisa masuk dan absen. Ia jelas-jelas akan terlambat.
"Astaga sialan", erangnya sebal saat sudah di garasi dan menyadari kunci mobilnya tertinggal di kamar.
Ia berlari cepat kembali ke dalam rumah dan menemukan Ariana yang baru saja keluar dari kamarnya. Rebecca berlalu tanpa bicara pada Ariana.
Ariana menatap heran pada Rebecca yang tampak dikejar-kejar sesuatu. Ia mengedikkan bahu tanda tak peduli. Ariana berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minum.
"Duh kemana lagi nih kuncii", Rebecca berjalan frustasi dari dalam kamarnya. Ia kini mengacak-acak lemari di ruang keluarga.
"Kamu ngapain sih?", tanya Ariana dengan wajah heran.
"Nyariin kunci mobil", jawab Rebecca tanpa menoleh.
"Kok bisa ilang sih?"
"Yaampun kak, mana aku tau, kalo bisa diatur aku juga ga mau kuncinya hilang"
"Coba diingat-ingat lagi kemaren ditaroh dimana?", ujar Ariana meletakkan gelasnya di wastafel. Ia berjalan mendekati Rebecca yang kini menatapnya kesal.
"Kalo aku ingat naroh dimana artinya ga hilang, kalo ga bantuin jangan memperumit deh kak"
Ariana mengernyit, "Yaudah ga usah sewot juga", ucapnya juga kesal karena Rebecca tampak kesal tanpa alasan padanya. Ariana beranjak dan keluar dari rumah.
"Aku salah apa coba, pagi-pagi udah dapat wajah masam tuh anak", gerutu Ariana sebal saat memasuki mobilnya.
Ia menghela nafas mencoba menenangkan diri dan menyalakan mobilnya. Ia mengemudikan mobilnya keluar dari garasi.
"Akhh..", pekiknya seketika. Wajah Ariana pias. "Are you crazy?", umpatnya kesal.
Pasalnya Rebecca baru saja berdiri tiba-tiba didepan mobilnya. Jika ia terlambat menginjak rem, Rebecca bisa saja tertabrak. Ariana membuka pintu mobil dan berkacak pinggang.
"Kamu ngapain sih?", semburnya kesal.
"Mau kekampus kan? aku mau nebeng", ucap Rebecca lalu berjalan menuju kursi penumpang.
Ia duduk dan memasang seatbelt dan menatap dengan tatapan memohon pada Ariana yang masih berdiri di depan rumah dengan wajah sebalnya.
"Kak, aku minta maaf soal yang barusan, maaf juga tadi ucapan aku ga sopan, tapi please, bisa kita berangkat sekarang? aku udah telat", Rebecca memasang wajah memelas.
"Apa kamu mau ngasih tau semua orang soal hubungan kita?"
"Hubungan yang mana? sister? or sister with benefit?", ucap Rebecca sinis. Kesabarannya sudah tipis dan Ariana sudah menghabiskan stoknya di pagi hari.
Ariana merapikan rambut dengan jari-jarinya. Ia membasahi bibirnya tiba-tiba terasa kering. Ucapan Rebecca terlalu berterus terang.
"Aku pikir kamu harus bersikap sopan dalam situasi ini"
"Sorry, Come on kak, aku udah telat"
Ariana menghentakkan kakinya kesal. Ia duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobilnya. Mobil melaju di jalanan yang cukup ramai namun keadaan di dalam mobil sunyi.
"Ekhemm", Ariana berdehem canggung memecah keheningan di mobil.
"Apa?", ucap Rebecca yang kini sibuk dengan handphonenya.
![](https://img.wattpad.com/cover/340468173-288-k531582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romance"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...