Chapter 26

4K 292 3
                                    

Ariana membuka matanya saat merasakan sesuatu di tangannya. Ia terjaga semalaman di ruang rawat Rebecca.

Ia mengerjapkan matanya dan menemukan Rebecca yang kini sudah mulai membuka mata.

"Becca", serunya senang. "Are you okay? mana yang sakit?"

Rebecca menatap manusia didepannya dengan tatapan kosong. Ia tidak menjawab.

Ariana mengernyit, "Ada apa? kamu mau sesuatu?", tanya Ariana khawatir. Rebecca menggeleng pelan.

"Aku panggil dokter ya? tunggu sebentar", Ariana beranjak keluar memanggil dokter.

Beberapa saat kemudian...

"Semua tanda vitalnya bagus, kita hanya perlu menghabiskan dua atau tiga infus lagi untuk mengcover imunnya lalu pasien bisa pulang", ucap dokter Rian tersenyum pada Ariana.

Ariana menghela nafas lega.

"Oh apa boleh kita bicara di ruangan saya?", ucap dokter Rian sambil mempersilahkan Ariana untuk mengikutinya.

"Bec, aku keluar sebentar, kalau butuh apa-apa panggil perawat ya", ucap Ariana lalu berjalan mengikuti dokter Rian ke ruangannya.

---

"REN, ACA UDAH SADAR", Abi berteriak membuka pintu ruangan. Eren sedang menemani bundanya. Ia sudah sadar semalam dan mulai baik-baik saja.

"Really? oh Astaga thanks God", ucapnya menghela nafas lega.

"Finally, gimana keadaan bunda?", tanya Abi mendekat pada Eren yang duduk di sofa.

Eren mengalihkan pandangan pada bundanya yang masih tertidur. "Sudah membaik, semalam udah sadar, tapi masih perlu pengawasan"

Abi menepuk pundak Eren pelan, "She will be okay soon, mau ketemu Aca? gue gantiin jagain bunda", tawar Abi. Eren mengangguk dan berjalan keluar ruangan.

---

"Dokter mau bicara soal apa?", Ariana sudah duduk di dalam ruangan Dokter Rian.

"Secara fisik Rebecca baik-baik saja, tapi saya khawatir soal mentalnya", ucap Rian sambil tampak menimbang-nimbang sesuatu.

"Apa ada masalah yang serius?", tanya Ariana pelan.

"Kita tidak bisa menyepelekan apa yang sudah pasien lalui mbak, pelecehan seksual adalah masalah serius dan saya lihat pasien cukup terluka karena kejadian itu, saya yakin Rebecca shock, tampaknya pelecehan yang Rebecca alami cukup serius, mbak tau kan?", ujar Rian.

Ariana mengepalkan tinjunya. Ia masih marah pada kejadian itu.

"Saya belum sempat bicara pada polisi dan tidak siap juga mendengarnya, tapi apa...",

Ariana tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia menggigit bibirnya mencoba tegar.

"Menurut pemeriksaan mereka hanya melakukan pelecehan luar saja, saya tau ini tidak pantas diucapkan namun syukurlah tidak ada tindakan lebih buruk sehingga kita bisa fokus menangani mentalnya saja", ucap Rian seolah sudah tau pikiran Ariana.

Ariana menarik nafas lega. Ia menghapus air matanya yang hampir saja jatuh.

"Awasi Rebecca terus, perhatikan perkembangan mentalnya, saat ini mungkin akan sulit baginya bicara soal kejadian itu, tapi cobalah untuk mendekatinya pelan-pelan", saran Rian.

Ariana mengangguk. "Terimakasih dok"

---

"Ca, syukurlah lo udah bangun", Eren menggenggam tangan sahabatnya haru. Rebecca hanya mengangguk pelan.

Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang