Chapter 49

3K 218 18
                                    

Disebuah ruangan luas yang lebih cocok disebut gudang kosong tampak sekelompok pria berbadan besar menghajar satu orang yang tampaknya sengaja di ikat di sebuah kursi disana.

Keadaan pria usia akhir 30-an itu juga tak tampak baik. Darah segar sudah bercucuran dari mulutnya.

Seluruh tubuhnya sudah babak belur karena dihajar habis-habisan oleh pria-pria suruhan kakaknya yang mungkin sedang menangis didepan istrinya yang terbaring lemah di rumah sakit.

Brandon menyeringai senang membayangkan wajah Leon yang penuh air mata menangisi istrinya.

"Si anjing ini malah tertawa"

Rudy, tangan kanan Leon menarik rambut Brandon dengan wajah penuh amarah.

Ia melayangkan tinjunya berkali-kali ke arah wajah bajingan didepannya dengan penuh kebencian.

"Suruh bos sialan lo itu kesini", jawab Brandon berusaha menegakkan kepalanya meski kini pandangannya sudah berkunang-kunang.

Rudy tertawa sinis, "Sangat ingin segera mati, huh?"

Rudy merogoh saku celananya mengambil handphonenya. Ia beranjak menjauh dari Brandon dan menyuruh anak buahnya menjaga tempat dengan tangannya.

"Halo Bos"

"Semuanya sudah selesai?", suara berat Leon terdengar.

"Dia tidak mau tanda tangan Bos"

"Bawa dia ke rumah, pastikan lakukan dengan rapi"

"Baik Bos"

---

Ariana meletakkan gelas teh nya sembari menatap Leon, "Bagaimana?"

Leon tersenyum. Kini mereka sedang dirumah keluarga Nugraha.

Ariana datang kerumahnya pagi-pagi sekali bersama Zainal dan meminta untuk bertemu Brandon.

"Kamu bisa ketemu dia sebentar lagi"

"Bukannya keluarga anda lebih dari mampu untuk menjerat bajingan seperti itu? Kenapa anda membiarkannya berkeliaran?", tanya Ariana menatap tajam pada pria paruh baya yang kini menyuap sarapannya.

Ia tampak tenang-tenang saja sedangkan istrinya kini berakhir di kursi roda akibat ulah adiknya itu.

Leon meletakkan sendoknya. Ia meminum air dari gelasnya beberapa teguk lalu menatap Ariana lekat-lekat.

"Kami akan selesaikan ini secara kekeluargaan, bagaimanapun dia tetap adik saya, dia bagian dari keluarga ini"

Ariana tertawa sinis.

"Oh ya? meski anda tidak bisa menjamin bahwa mungkin besok akan menghadiri pemakaman istri anda?"

"Naa..", Zainal yang duduk disamping Ariana menatap panik atas ucapan Ariana yang cukup kasar.

Leon tersenyum tipis. Berani juga bocah ini.

"Saya akan pastikan keselamatan semua orang, kamu tenang saja, termasuk Rebecca"

"Saya tidak peduli soal keluarga anda, tapi adik saya adalah tanggung jawab saya, jika anda tidak mengurus bajingan itu, saya yang akan mengurusnya", ucap Ariana tegas.

Kini matanya menatap tajam tanpa ketakutan pada Leon.

Leon melanjutkan sarapannya. Ia masih tetap tersenyum tenang yang semakin membuat Ariana kesal.

"Kita ternyata mirip Ariana, jika kamu sejelas ini soal keselamatan keluarga kamu, maka saya juga begitu, saya akan mengurus ini dan kamu bisa lakukan bagian kamu jika masih merasa kurang"

Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang