Chapter 25

4K 269 9
                                    

"BRANDON KELUAR LO SEKARANG!", Chiko berteriak berulang kali namun tidak ada suara apapun yang terdengar. Ia mulai panik saat pandangannya mulai kabur. Ia tumbang dan tak sadarkan diri dalam gelap.

Sejam kemudian...

Pintu gudang terbuka. Sekelompok preman berpakaian serba hitam masuk. Dibelakang mereka kini berjalan pria paruh baya dengan setelah putihnya. Ia menghisap rokoknya sebentar lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Bangunkan dia", titahnya.

Anak buahnya menendang perut Chiko yang pingsan dan bersandar di tiang.

Brukkk...

Chiko membuka matanya. Ia memuntahkan darah yang keluar dari mulutnya.

Pria baruh baya tadi yang tak lain adalah Brandon berjalan mendekati Chiko. Ia berjongkok didepan Chiko dan menarik dagu keponakannya itu dengan telunjuknya. Ia tersenyum licik.

"Sudah dua hari berlalu, Leon pasti sudah kalut, sudah waktunya kita telepon dia", ucapnya.

Brandon mengeluarkan handphone dari saku jas nya.

"Rebecca mana?", suara Chiko sudah parau. Leon mengurungnya selama dua hari dalam keadaan sekarat.

"Oh gadis itu, apa kita bicara soal dia dulu?", Ucap Leon kembali memasukkan handphone nya ke dalam saku.

Ia memberi sinyal pada anak buahnya untuk membawa Rebecca masuk.

"Lo apain dia anjing?", seru Chiko lantang.

Matanya nanar saat melihat kondisi Rebecca yang menggenaskan. Ia hampir tak sadar.

"Cuman sentuh-sentuh dikit, tenang aja"

Air wajah Chiko berubah kelam. Ia meludah pada wajah Brandon dan Brandon menatapnya marah.

"BAWA GADIS ITU KESINI", ucapnya kesal.

Anak buahnya menurut dan menggeret Rebecca mendekati keduanya.

"GUE BUNUH LO SEMUA ANJING", Chiko meronta mencoba melepaskan ikatan di tangannya.

"Hmmm, Berry bersedia bayar berapa ya buat anaknya? Eh bukannya dia sudah mati?", Brandon menatap Rebecca yang terbaring lemas didepannya dengan ekspresi yang dibuat-buat iba.

Mata gadis didepannya masih terbuka meski kini ia kesulitan bicara. Pipi sebelah kanannya sudah memar dan sudut bibirnya sobek.

"Heiii kalian terlalu kasar sampai mulutnya berdarah", ucap Brandon menatap sebal pada anak buahnya.

"Maaf Bos", jawab anak buahnya serempak.

"Gue akan ngebuat lo ngebayar semua ini, jangan harap lo akan lolos", ancam Chiko.

"Oh ya? Jadi takut dengan ancaman laki-laki yang bahkan ga bisa ngapa-ngapain saat pacarnya disentuh orang", ejek Brandon.

Ia membelai wajah Rebecca yang sudah memar dan memandang Chiko yang menatap nya dengan tatapan membunuh.

"Cantik lho pacar kamu", ucap Brandon. Kini tangannya beralih pada dagu Rebecca.

"LO AKAN BAYAR PAKE NYAWA KALO LO BERANI SENTUH DIA", Chiko berteriak marah saat Brandon berusaha mencium Rebecca yang tak berdaya.

Ia mengurungkan niatnya mendengar suara Chiko yang penuh amarah. Kini Brandon menatapnya sambil tersenyum.

"Bicara yang sopan sama om dong ko, kayak ga di ajarin sopan santun", smirk jahat terpampang di wajah Brandon.

"Lo bahkan bukan manusia tapi mengharapakan sopan santun?", Chiko mendesis sinis.

"Kita lihat sejauh apa kesombongan kamu"

Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang