"Cinta tanpa balasan? atau cinta sejenis maksud lo?"
"Yang kedua", ucap Eren hati-hati.
Rebecca menghela nafas pelan. Ia menatap lekat-lekat pada Eren.
"Bagi gue cinta adalah cinta, makanya gue bilang tadi cinta ga pernah soal logika dan akal sehat bagi gue, meski ini sebenarnya masih belum sepenuhnya diterima semua orang, bagi gue cinta ga pernah salah, kita ga pernah bisa memilih siapa yang akan kita cintai, kita juga ga pernah bisa menghentikan atau mengontrol perasaan pake logika, bagi gue cinta tidak akan pernah salah, entah ke siapa atau apapun, it still love is love, never change to me"
Eren tersenyum hangat. "Thank you, gue sempat berpikir lo akan berpikir yang aneh soal ini"
Rebecca tergelak, "Astaga gue ga sekuno itu Erena Aldrich", ucapnya lalu menghambur ke dalam pelukan Eren.
Ia memeluk sahabatnya erat. Eren tersenyum membalas pelukan Rebecca.
"But I have to tell you this", ujar Rebecca masih memeluk Eren.
"Hmm, just say it"
"Gue....mungkin ga bisa ngasih apa-apa ke lo, hal paling jauh yang bisa gue kasih adalah, gue ga akan minta lo berhenti cinta sama gue, I will be okay, if you still keep it that feelings for me, it's okay if you want to show how you feel sometimes, I can't promise you anything, but after all of this, I wanna say thank you very much, to love someone like me in that amazing way, thank you for caring and loving me so deeply, I still wonder you love me with this way, but I know this is a amazing thing that I can have in this life, I'm just worried that i won't be able to give back that feelings", ucap Rebecca.
Air matanya baru saja lolos dari kelopak matanya. Entah kenapa kini ia merasa sesak.
Ia mengeratkan pelukannya saat Eren menepuk-nepuk pelan punggungnya hangat. Perasaan bersalah makin menjalari hatinya.
"Ren, I'm sorry", isak Rebecca.
"Heii, it's okay ca", ucap Eren.
Ia melepaskan pelukan Rebecca di tubuhnya, "it's okay", ucapnya memegang kedua bahu sahabatnya dengan tatapan penuh pengertian.
Ia tersenyum meski kini rasanya dunia runtuh.
Tangis Rebecca pecah. Entah kenapa ia merasa telah menyakiti Eren dengan cara paling buruk.
Andai ia bisa, Rebecca tak akan segan menerima Eren. Sebenarnya ia bisa melakukan itu.
Tapi pada akhirnya jika ia menerima Eren saat hatinya ada pada Ariana, maka ia hanya akan menyakiti Eren dengan cara yang berbeda. Sakitnya mungkin lebih parah nanti.
"Please kenapa lo bisa-bisanya senyum disaat seperti ini? gue lebih tenang kalau lo ngamuk sekarang juga"
Eren tergelak. "What!?", ucapnya menutup mulut tak percaya.
Ia merengkuh Rebecca ke dalam pelukannya hangat.
"Ca, percaya deh, gue beneran baik-baik aja kok"
Rebecca menggeleng dalam pelukan Eren. Ga mungkin Eren baik-baik aja
"I'm sorry", ucapnya di sela-sela tangisnya.
"Astaga ini siapa yang ditolak sih sebenarnya?", Eren mengacak-acak rambut Rebecca gemas.
Rebecca melepaskan pelukannya dan menatap Eren sambil mencebikkan bibir.
"Kalau orang liat, mereka bisa ngira kalo lo yang ditolak tau ga?", ucap Eren tersenyum.
Ia mengusap ari mata Rebecca yang baru saja jatuh.
"ERENN.."
"Ahh lucu banget sih", Eren menangkup kan pipi Rebecca dengan kedua tangannya. Rebecca menghambur ke dalam pelukan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romantik"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...