Ariana berdiri didepan cermin cukup lama. Ia menatap dirinya setiap inchi. Berulang kali ia mengangguk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna.
Blazer berwarna blue baby dengan dalaman putih serta celana senada sudah melekat di tubuh slimnya sejak sejam lalu.
Ariana menyambar tas tangannya di atas meja dan berjalan keluar dari walking closet nya. Ia menghembuskan nafas kasar. Ia harus siap mental untuk rapat dengan dewan direksi hari ini.
"Kak, udah mau berangkat?", Rebecca ternyata sudah ada diruang tamu dengan macbook yang stand by didepannya. Ia sedang bersiap-siap untuk ujian secara online.
Ariana mengangguk. Ia berjalan menuju kulkas dan menenggak air dingin dari sana. Rebecca mengikuti pergerakan Ariana dengan ekor matanya.
"Are you okay?", Rebecca beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Ariana. Wajah yang biasa selalu tampak dingin itu kini lebih ke gugup.
"A-aku baik-baik aja kok", Ariana berlalu tanpa menatap Rebecca yang memasang wajah cemas.
----
Ariana menatap belasan orang didepannya. Ia berdiri di podium untuk memberi perkenalan singkat. Semua mata kini menatapnya."Halo semuanya, saya Ariana Michelle, Putri sulung Almarhun Berry Michelle, mohon maaf baru hari ini saya dapat hadir, seperti yang sudah dijelaskan Pak Zainal tadi, saya yang akan mengurus law firm ini selanjutnya, oleh sebab itu saya memanggil dewan direksi hari ini untuk bicara soal rencana kedepannya", Ariana turun dari podium dan kembali duduk di depan para direksi yang duduk berjajar didepan samping kanan kirinya.
Ia mengalihkan pandangan pada Zainal yang duduk disamping nya.
"Ariana ini bergelar profesor untuk dengan jurusan hukum dari Leiden bapak ibuk. Beliau saat ini juga bekerja sebagai dosen di University of Bali", Zainal tersenyum menatap semua orang.
"Tapi apa anda berpengalaman mengelola law firm?", Tanya salah seorang direksi. Pertanyaan itu ditujukan pada Ariana.
"Itu pak Gunawan, beliau sudah lama jadi lawyer disini", bisik Zainal pada Ariana.
"Saya.. memang secara praktek tidak pernah turun ke lapangan untuk mengelola sebuah perusahaan..."
"Saya pikir gelar profesor saja tidak akan cukup untuk mempercayakan law firm ini pada seseorang yang jelas-jelas tidak tau cara mengelola perusahaan, hukum di lapangan berbeda dengan hukum di kelas", seorang wanita paruh baya yang duduk berdampingan dengan Gunawan tadi.
Ariana meneguk kasar ludahnya. Tidak siap untuk direksi yang ternyata cukup keras. Zainal yang melihat itu berbisik pada Ariana.
"Senior lawyer, Buk Anna, beliau sudah bekerja disini sejak pak Berry membuka firma hukum ini, dia punya kepedulian yang sama besarnya dengan pak Berry pada law firm ini"
Ariana tersenyum seramah mungkin.
"Ya benar yang baru saja Buk Anna sampaikan, tujuan saya hari ini mengadakan rapat direksi karena ingin meminta pendapat soal menyerahkan manajemen firma ini ke tim manajemen profesional"Kini Gunawan dan Anna terdiam sambil mengangguk setuju. Ariana mengedarkan pandangannya.
"Tapi saya pikir Pak Berry menyerahkan firma ini ke anaknya dengan alasan yang lebih dari sekedar warisan belaka, saya ingin mengusulkan mbak Ariana untuk ikut serta dalam firma ini kedepannya, toh tidak akan sulit baginya hanya sekedar menukar kursi dari dosen menjadi pimpinan," ucap seseorang yang kini menatap Ariana sambil tersenyum.
"Pak Anton, beliau pemegang saham terbesar di firma ini", Zainal lagi-lagi berbisik memberitahu Ariana.
"Saya pikir ini akan menjadi keputusan yang cukup beresiko pak, saya pribadi juga belum sempat mempertimbangkan akan meninggalkan kelas dalam waktu dekat", Ariana bicara pelan namun tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/340468173-288-k531582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romansa"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...