Rebecca mengerjapkan matanya pelan-pelan. Cahaya kamar yang minim membuatnya mengernyit.
Ia mencoba duduk dan sesaat kemudian ia mengenali tempat ini. Ini bukan kamarnya tapi kamar Ariana.
Rebecca mencoba turun dari kasur meski kini telinganya berdengung.
"Kamu udah bangun?"
"Owhh holy shit!"
Rebecca terkejut bukan main saat sesosok manusia kini berdiri didepannya. Ia menjentikkan jari dan lampu kamar menyala.
Ariana jelas-jelas berdiri didepannya.
Darimana asalnya manusia ini?
Rebecca mengelus dadanya pelan. Ia terduduk di ranjang memijit dahinya pelan.
"Masih sakit?"
Ariana ikut duduk disamping Rebecca dan menyentuh lengan Rebecca. Rebecca menggeleng. Kejadian semalam kembali terbayang.
"Jam berapa sekarang?"
"Jam 4"
"Pagi?"
"Masa sore"
"Oh God", keluh Rebecca. Ia mengusap wajah pelan.
Gue pingsan apa gimana ya?
"Kamu demam tinggi semalam, untung setelah aku kompres panasnya turun, feel better?"
"Hmm"
"Kamu lapar ngga? aku masakin sesuatu ya?"
Rebecca menoleh pada Ariana yang kini juga menatapnya. Wajahnya dan wajah Ariana sungguh dekat.
Kenapa wanita satu ini bersikap seolah pertengkaran mereka semalam hanya senilai debat mau makan nasi apa pasta?
Wajah Ariana terlihat lelah dan sembab. Pemilik wajah itu tersenyum pelan.
"Maafin aku ya"
Andai perasaan gue masih seperti kemaren.
Rebecca menggeleng pelan. Ia berdiri sempoyongan dan berjalan keluar kamar Ariana.
"Kamu mau kemana?"
"Ke kamar aku"
"Mau ngapain?"
"Tidur lah"
"Kamu selalu tidur disini beberapa waktu ini, kenapa sekarang mau kembali ke kamar itu?"
"Kenapa kakak masih nanya? Aku ga bisa bersikap biasa setelah semalam, udah jelas?"
Ariana meraih tangan Rebecca dan menggenggamnya nya. Ia berharap Rebecca bisa membaca matanya. Ia sungguh tak tau mau bicara darimana tapi tampaknya Rebecca ingin ia bicara.
"Tolong lepasin aku", ujar Rebecca. Ariana masih menggenggam tangannya.
"Bec.."
"Please, aku butuh waktu sendiri"
"Sayang, maaf"
"Dan berhentilah bilang maaf, aku muak"
Ariana memejamkan mata supaya tak menangis saat itu juga. Kini tatapan Rebecca sungguh asing padanya.
Dalam semalam, segalanya berubah dan mungkin bahkan perasaan gadis itu padanya sudah hilang .
Tidak ada tatapan hangat dan riang seperti kemaren lagi. Kemaren Rebecca bahkan bisa menatapnya seharian sambil senyum-senyum dan mirisnya kini bahkan Ariana kehilangan tatapan itu.
Rebecca bahkan tak menatapnya lebih dari dua detik. Tatapan dingin menusuk itu sungguh menjadi tamparan keras bagi Ariana.
Kemana segala perasaannya yang kemaren? Apa secepat itu hilang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSOR
Romantik"Prof Michelle?", kini mahasiswa itu berdiri didepan meja Ariana. Kini wajahnya juga berubah ketika menatap Ariana dari dekat. Mereka hanya saling tatap untuk waktu yang lama. Ariana menatap lekat-lekat manusia yang berdiri di depannya. That's the...