Chapter 18

4.1K 280 2
                                    

"Gimana kalau ternyata benar aku jatuh cinta sama kakak sejak malam itu? What will you do after knowing that?", ucap Rebecca.

Ariana menatap dalam-dalam wajah adiknya. "Kamu ga serius kan?"

"Aku ga mau mikirin ini awalnya, tapi karena kakak mau bahas ini aku harus bicara apa adanya"

"Becca...

"Kejadian pertama itu emang kesalahan, aku ga sadar dan kakak ga sadar, tapi menurut kakak kenapa kejadian kedua bisa terjadi?"

Ariana menggigit bibirnya bingung. Tak tahu mau jawab apa.

"Hari itu kita ga mabuk", ujar Rebecca. Ia menatap Ariana yang sedang menatap langit-langit kamar disampingnya.

Rebecca duduk dan menatap Ariana lekat. "Aku ngelakuin itu dengan sadar, sekarang kakak gimana?"

Ariana mencoba memikirkan jawaban yang tepat, "A-akuu...

"Kakak masih bisa nolak aku saat itu, tapi kakak ga ngelakuin itu", potong Rebecca.

Ariana tak menjawab. Ia tak yakin dengan jawaban yang ada dalam kepalanya.

"Kakak ragu kan ini apa?", tanya Rebecca seolah membaca pikiran rumit Ariana. Ariana mengangguk ragu. Rebecca menghela nafasnya. "Kenapa otak profesornya sekarang tak bekerja dengan baik?", batinnya.

"Kalau ada yang tidak pasti, apa yang harus kita lakukan?", tanya Rebecca kemudian.

"Hah?"

"Mencari bukti", jawab Rebecca akhirnya.

"Maksudnya?"

Rebecca menggeram kesal. Sungguh ia heran kemana perginya otak profesor Ariana disaat seperti ini.

"Kenapa kita bicara bukti sekarang?", tanya Ariana polos.

"Karena kakak ragu sama perasaan yang disini sekarang", ujar Rebecca pelan dan meletakkan telapak tangannya di dada Ariana. "Aku bantu buktiin", tambahnya.

"Caranya?"

"Biarin aku ngelakuin ini sekali lagi, kita lakuin lagi, kali ini dengan sadar dan persetujuan"

Ariana mengernyit sesaat, setelahnya ia memundurkan tubuhnya dari Rebecca. Ia kini menyadari topik bahasan mereka.

"Apa hubungannya?"

"Mengingatkan kembali soal perasaan kakak saat sama aku, dari sana kita bisa simpulkan arti perasaan itu"

Rebecca mendekat pada Ariana yang masih berbaring dan menempelkan bibirnya pada milik Ariana pelan. Tidak kasar dan tidak ada lumatan. Ia hanya berusaha setulus mungkin menyalurkan perasaannya pada Ariana.

Ariana menahas nafasnya. Ia menatap mata Rebecca dan mencoba membaca pikiran pemiliknya dari sana.

"Sekarang gimana perasaan kakak?", Rebecca menjauhkan wajahnya dari Ariana.

Ariana menggeleng, "Aku ga tau"

"Sekarang putuskan kakak akan kasih aku izin atau ngga, kita bisa buktiin dan ga perlu terjebak dalam perasaan ga jelas kayak gini"

"Kamu ragu ga sama perasaanmu sendiri?", tanya Ariana.

Rebecca menggeleng, "Aku mungkin ga cukup dewasa dan ga cukup pintar, tapi aku cukup dekat sama diri aku sendiri, jadi aku tau persis apa yang aku rasakan"

"Apa yang kamu rasakan?", tanya Ariana kemudian.

"Awalnya aku pikir kita hanya dua manusia yang kebetulan bertemu karena benang merah kehidupan yang tak baik, lalu berpikir benang itu tak akan terlalu merubah aku menjadi kita..

Thesis: I'M IN LOVE WITH MY PROFESSORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang