BAB 8

770 30 0
                                    

Happy reading readers...

******

Saat ini di dalam kelas, terlihat lelaki tampan yang duduk di meja belakang tengah menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan.

"Rel lo kenapa diem Bae?" Tanya Zayyan menatap Karel yang menurutnya hari ini sedikit aneh. Karna dari jam pertama pelajaran hingga kini jam terakhir Karel tak banyak berbicara.

"Iya anjir lo ngapa dah? atau jangan-jangan karna Alena gak masuk sekolah Makanya lo jadi diem Mulu?" Lanjut Devano bertanya.

"Bacot!" Karel bangkit dan segera berjalan meninggalkan para sahabatnya.

"Mau kemana paketu?" Tanya Zayyan melihat kepergian Karel.

"Balik!" teriak nya saat baru saja keluar dari kelas.

"Lah anjir kirain belum bel pulang." Kaget Devano.

"Sayang, pulang bareng aku ya?" ucap Keano saat melihat Kaizha sedang membereskan alat tulisnya.

"Iyaa, btw Alena kemana yaa? Gue belum minta maaf sama dia." Ucap Kaizha lesu yang di angguki oleh Maurin.

"Kamu coba telpon aja sayang." Saran Keano, ahh kenapa ia tak memikirkan nya.

"Tapi kan kita gapunya nomor nya Ken." Celetuk Maurin

"Lo minta sama Karel sana, dia punya nomor Alena kok," kini Devano yang memberinya saran, hal itu membuat Kaizha dan Maurin senang.

Setelahnya Mereka berjalan ke luar kelas untuk menuju parkiran.

*****

Di lain tempat Alena sekarang tengah berada di pinggir jalan, dengan seorang lelaki yang menghampiri Alena.

"Bang?" Kaget Alena, kenapa lelaki ini bisa berada di sini?

Tanpa menunggu waktu lama, Ezra berjalan dan langsung memeluk tubuh Alena, "Len, maafin gue.." lirih Ezra, bahkan saat ini air mata lelaki itu telah membasahi pipinya.

"Lo kenapa minta maaf? Perasaan lo gak punya utang sama gue? " Heran Alena, kenapa jadi ke masalah utang Piutang sih?

Ezra mengurai pelukan nya, kemudian menoyor pelan dahi Alena. "Cck, lo ngerusak momen!"

Alena meringis pelan, "Sakit bang,"

Ezra lupa kalau Alena sekarang tengah merasakan sakit di sekujur tubuhnya, "E-eh maaf gue ga sengaja, mana aja yang sakit?" Ezra membolak-balikan tubuh Alena pelan, dapat ia lihat semua luka bahkan darah yang kini sudah mengering, Ezra merasakan ngilu dan prihatin dengan keadaan Alena.

"Gue gak apa-apa ko, Btw, lo kenapa ada Disini?" Alena bertanya, padahal ia belum sempat menghubungi Ezra namun lelaki itu sudah menemukannya lebih dulu.

"Lo lupa siapa Abang lo ini? Gue dari tadi tuh nelpon lo tau, tapi lo ga jawab telpon gue," Ezra memutar bola matanya malas,

"Lo kenapa bisa smpe kaya gini Lena?" Tanya Ezra dengan meneliti wajah dan tubuh gadis itu yang sekarang di penuhi oleh memar dan darah yang sudah mengering, bahkan tangan Alena yang kini sudah terlihat tak berbentuk dengan banyak darah yang mengering.

"Gue bisa bilang gapapa, tapi hati gue yang sakit." Lirih Alena dengan menunduk.

Ezra dapat merasakan betapa sakitnya menjadi Alena, bahkan Ezra tahu siapa pelaku yang menyebablan Alena di penuhi luka saat ini.

Ezra kembali memeluk tubuh Alena, di usap nya punggung gadis itu dengan sayang.

Alena membalas pelukan nya tak kalah erat, ia beruntung mempunya Ezra di kehidupannya, dia dapat menempatkan dirinya saat menjadi Kaka yang sayang adiknya, maupun menjadi teman yang absurd.

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang