BAB 31

465 25 3
                                    


"Ternyata dia ada di dekatku, aku tak menyadarinya. Bahkan seketika aku lupa caranya membenci."

Alena Syafira malik

Happy reading..

🦋🦋🦋🦋🦋

Pagi telah tiba, suara alarm berbunyi dengan keras menimbulkan suara bising di seluruh sudut kamar seorang gadis. Matanya mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk, tangannya terulur mematikan suara alarm yang mengganggu waktu tidurnya.

Gadis itu bangkit dari ranjang dan berjalan gontai menuju kamar mandi, 15 menit berada di kamar mandi untuk menyelesaikan mandinya, gadis itu keluar dengan handuk yang melilit pada tubuhnya. Dan bergegas memakai kaos hitam serta celana hitam tak lupa dengan jaket hitam yang menambah kesan Badas pada dirinya.

Drrt..drrt..

Baru saja akan keluar kamar, ponselnya berbunyi. Tak lama ia mengangkat panggilan teleponnya.

"Udah siap?" Tanya seorang lelaki di sebrang sana.

"Gue turun sekarang, sampai ketemu di lokasi!"

Memutuskan sambungan telepon secara sepihak, gadis itu berjalan kearah halaman untuk mengambil motornya, dan kini ia sudah melaju dengan kecepatan tinggi.

Di lain tempat, tepatnya di kamar terdapat seorang lelaki tengah terbaring bergelung dengan selimut yang tebal padahal jam sudah menunjukan pukul 11 siang, keringat yang membasahi seluruh wajahnya bahkan untuk beranjak dari tempat tidurnya pun lelaki itu tak cukup kuat untuk berdiri.

Tangannya terulur meraih ponsel yang berada di atas nakas, ia mengetik nomor seseorang berharap orang itu bisa membantunya.

Menunggu beberapa saat, sampai akhirnya bunyi dering telepon berubah menjadi suara seorang gadis,

"Halo? Kenapa za?" Tanya seseorang di sebrang sana,

"Rin bisa tolongin gue?" Tanya Devano dengan suara parau,

"lo kenapa za?" Khawatir Maurin, perasaannya mendadak tak enak.

"Bisa tolong kerumah gue sebentar? Badan gue menggigil, kepala gue pusing,"

"Tunggu sebentar okey? Gue kesana sekarang!"

Sambungan telponnya di putus oleh sepihak, ponsel yang berada di genggaman tangan devano terjatuh kelantai, kepalanya merasakan sakit yang luar biasa di tambah badannya yang menggigil.

"Mah, epan sakit mah. Kapan kalian ada buat epan?" Gumam Devano, tak terasa air matanya jatuh seketika. Devano memang sudah terbiasa sendiri, namun jika sedang di kondisi seperti ini devano sangat menginginkan kasih sayang orang tuanya yang tidak pernah ada untuknya sedari kecil.

Devano tidak pernah memperlihatkan kekurangannya pada orang lain, hanya para inti SAMUDRA dan Maurin lah yang mengetahui titik kelemahannya.

Tak lama Maurin datang dengan berlari kearahnya. Tanpa aba-aba Maurin memeluk tubuh Devano. panas, Itulah yang di rasakan oleh Maurin.

"Badan lo panas za..." Ujar Maurin ingin melepaskan pelukannya, namun Devano  ,

"Tetep kaya gini sebentar aja, gue butuh pelukan Rin.." lirih Devano dengan suara paraunya.

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang