BAB 30

508 31 5
                                    


Happy reading...

🦋🦋🦋🦋

Beberapa hari berlalu, selama itu pula Alvano selalu termenung setelah mengetahui fakta yang mengejutkan tentang Alena. Ia merasa semakin bersalah, bahkan untuk bertemu dengan adiknya saja ia tak berani menpakkan dirinya. Terlalu banyak beban yang adiknya pikul, namun dengan tega keluarganya Bahkan tak pernah peduli.

"Arrrrgggh!" Alvano mengacak rambutnya frustasi, ketika mengingat setiap ucapan yang Ezra lontarkan.

Flashback on..

"Trauma?"

"ALENA TRAUMA HUJAN ALVANO, DIA SEKARAT SETIAP KALI DATANG HUJAN, BAHKAN DULU ALENA NYARIS MATI!"

Deg!

Bagai di sambar petir, jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Setelah mengetahui fakta mengejutkan ini.

"Mana mu-mungkin, a-alena baik-baik aja!" Alvano menepis segala kemungkinan seolah tidak mempercayai perkataan Ezra.

"Terserah lo mau percaya atau engga, yang pasti Alena menderita gejala omrophobia, ketakutan dan kecemasan akan adanya hujan dan petir," Ezra menghela nafas pelan "cuma sapu tangan milik Tante Dinda yang selalu Alena jadikan tumpuan untuknya bertahan, tapi sayangnya sapu tangan nya udah hilang ntah kemana."

Penjelasan dari Ezra semakin membuat Alvano merasakan sesak di dadanya, sekejam inikah perlakuannya dulu. Alena selalu menerima siksaan dari papa Rangga tanpa mengeluh ataupun meringis sedikitpun, bahkan Alena tidak pernah mengeluarkan air matanya meskipun siksaan dari Rangga tak main-main, bahkan alvano juga sempat menyiksa Alena dengan begitu kejamnya.

"Ini semua salah gue, salah gue Karna gak ada di samping Alena saat dia kesakitan, Alena pasti lebih menderita dari pada gue dan papa," lirih Alvano,

"Menyesal gak akan bisa balikin semuanya, harusnya lo sekarang bisa merenungi kesalahan lo Al!" Ezra menepuk pelan bahu Alvano, seraya bangkit dari duduknya.

"Mulai sekarang gue akan libatkan lo dalam misi pencarian pelaku tabrak lari Tante Dinda." Ucap Ezra sebelum keluar dari ruang rapat, meninggalkan Alvano dengan pikiran yang berkecamuk.

Flashback off..

Kembali pada Alvano yang saat ini merenungi kesalahannya, "ya, gue harus bisa cari pelaku tabrak lari mama, mulai sekarang gue akan lakukan apapun demi melindungi Alena, bahkan dengan nyawa gue sebagai taruhannya!." Gumam Alvano penuh tekad.

🦋🦋🦋🦋

Di mansion Alena, Karel tengah asyik berdiri di belakang tubuh Alena dengan kedua tangannya yang setia melingkar pada perut gadisnya.

"Isssh Kai.. aku kan lagi motong sayuran, gimana kalau kamu ke gores pisaunya?" Alena menghela nafas pelan, saat ini Alena tengah sibuk memotong kentang untuk bahan membuat sayur SOP ayam.

"Sini biar aku yang lanjutin masaknya sayang, kamu duduk manis aja di kursi." Karel mengambil alih pisau dari tangan Alena.

"Kaya bisa masak aja, udah sana kamu aja yang duduk Kai.." Alena ragu jika Karel yang memasak,

"Cuma sayur sop sama ayam goreng mah gampang sayang," percaya diri Karel, "udah tuan putri duduk aja ya, ini biar jadi tugas pangeran." Karel membawa Alena duduk di kursi meja maka, Alena hanya bisa pasrah jika Karel sudah menyuruh nya untuk diam.

Alena terus memperhatikan setiap pergerakan Karel, menurutnya Karel sangat lucu dengan Appron yang terpasang pada tubuh kekarnya, apalagi raut wajah seriusnya menambah kadar ketampanan Karel.

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang