BAB 18

629 29 2
                                    

Happy reading...

******

"Rel.." Alena menghampiri Karel yang tengah menatap wajahnya dengan tatapan yang sulit di artikan, namun sepersekian detik Karel menarik pelan tangan Alena dan membawanya keluar dari gudang.

"Rel lepas," Alena mencoba melepaskan tangannya, namun Karel tak menjawab dan malah membawa Alena kedalam toilet.

"Toilet?" Monolog Alena, "Ngapain lo bawa gue ke sini anjir."

Karel membawa kedua tangan Alena ke atas wastafel, ia menyalakan keran air dan mulai membersihkan kedua tangan Alena yang berlumuran darah.

"Gue gak tau masalah apa yang lagi lo hadapin sampai lo kaya gini, tapi gue yakin ini bukan masalah sepele." Alena yang mendapatkan perlakuan seperti ini tertegun, entahlah padahal dirinya bisa mencuci tangannya sendiri namun ada rasa yang tak biasa dalam dirinya.

Setelah selesai, Karel berbalik menghadap Alena dan menatap gadis itu lekat. Mata hitam legam milik Alena bertubrukan dengan iris mata tajam milik Karel, "Gue tau kalo gue gak berhak untuk ikut campur, tapi niat gue tulus ingin bantu lo."

Alena terdiam bingung, apakah ia bisa mempercayai Karel atau tidak. Karna Alena selalu mengira jika siapa pun akan berpotensi untuk menjadi pelaku, itu lah yang membuatnya tidak bisa langsung mempercayai orang-orang.

"Kenapa lo pengen banget bantu gue? Kita baru aja kenal beberapa hari ini, gue gak butuh bantuan siapapun karna gue bisa jalanin semuanya sendirian." Tutur Alena, ia tak ingin Karel ikut campur kedalam masalahnya, apalagi sampai membahayakan nyawa nya.

Karna gue suka sama lo Alena! Namun sayang, Karel hanya mampu mengucapkannya dalam hati. Ia tidak ingin gegabah untuk mengutarakan perasaannya apalagi di situasi seperti ini.

"Karna gue ingin lindungi lo, gue ingin bantu lo." Jelas Karel.

"Makasih Rel, tapi gue gak mau lo sampai ikut jadi sasaran musuh gue." Alena bersuara setelah sedari tadi bergeming.

"Nurut apa kata gue, gak ada penolakan." Tanpa sadar Karel mengelus rambut panjang Alena, "Lo lanjut dulu bersih-bersihya, gue mau ambilin lo baju ganti." Setelah itu Karel keluar dari toilet meninggalkan Alena yang mematung.

"Sialan, jantung gue kok kaya lagi dugem anying. Tiap deket Karel gue simulasi punya penyakit jantung kayanya." Monolog Alena seraya memegang dada kirinya.

Di ruang tengah, para inti dan anggota Samudra gang tengah berkumpul. Ada yang bermain game dan ada yang tengah memakan cemilan. Namun berbeda dengan para inti yang sejak tadi hanya duduk dengan pikiran yang berkelana.

Gala melemparkan kacang pada wajah Devano dan Zayyan, membuat kedua orang itu tersentak dan menatap tajam pelaku yang telah melemparkan kacang pada mereka.

"Sialan lo main lempar aja, untung gak masuk ke telinga gue!" Kesal Devano yang membalas Gala dengan melemparkan bantal sofa pda wajah lelaki itu.

Gala terkekeh, "Ya lagian lo pada diem mulu anjir, kesambet lo pada?"

Putra yang tengah memainkan game di ponselnya menoleh, "Sejak keluar dari gudang, gue liat muka lo pada pucet kaya abis liat setan."

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang