Dulu kita pernah sedekat nadi, tapi hujan membawa mu pergi bersama dengan perasaanmu.Devano Fahreza Abraham
Happy reading..
*****
Saat ini Alena dan Karel masih berada di lapangan, melihat Alena yang tidak menjawab pertanyaannya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Alena di lapangan.
"Gue harus selidikin hal ini, siapa tau ada petunjuk. Pertama gue harus deketin Ziro buat sekedar nyari informasi." Gumam Alena ikut pergi dari lapangan.
"Kenapa juga dia nanyain soal Ziro sama gue?" Kesal Karel di sepanjang koridor sekolah,
"Lo ngapa dah?" Keano berjalan di samping Karel setelah keluar dari ruang osis.
Karel menghela nafas kasar, "Gue bingung, ini kenapa gue ngerasa kesel." Ujar Karel, seraya berjalan.
"Kesel kenapa? Soal Alena?" Tebak Keano namun Karel hanya diam saja tak menjawab.
"Gue rasa lo suka sama cewek itu." Lagi, Keano menebak membuat Karel semakin terdiam.
"Yaudah sih lo tinggal tembak aja, apa susahnya?" Saran Keano, kini Karel berhenti dan menatap Keano dengan tatapan bingung.
Kini Karel dan Keano sampai di rooftop, Karel duduk dan menyenderkan tubuhnya di sofa yang berada di sana.
"Tadi Alena tanya-tanya soal Ziro ke gue." Ucap Karel dengan nada yang sedikit lesu.
"Lo cemburu?" Tanya Keano, entah lah Karel tidak bisa menyebut dirinya cemburu sedangkan ia dan Alena saja tidak mempunyai hubungan apapun.
"Saran gue sih, jangan biarin Alena terlibat sama Ziro. Lo tau sendiri kan Ziro kaya gimana, kalo lo emang suka sama dia sebaiknya lo mulai pendekatan sama dia, sebelum Ziro kembali rebut milik lo lagi."
Karel bergeming dengan pikiran yang berkecamuk, ia bingung harus bagaimana sekarang.
Di kantin, kini Alena duduk dengan makanan di mejanya. Kaizha dan Maurin mungkin saja masih berada di kelas.
Saat tengah mengunyah makanannya, kehadiran Ziro yang duduk di depannya membuat Alena menatap Ziro dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Gue boleh gabung kan?" Tanya Ziro seraya menyimpan makanan di meja.
"Kalopun gue bilang gak boleh, lo sendiri udh duduk tanpa izin." Ujar Alena yang melanjutkan makannya.
Ziro tersenyum, dan ikut makan bersama Alena.
"Gue boleh Tanya sesuatu sama lo?" Ungkap Alena tiba-tiba.
"Boleh untuk cewek cantik kaya lo." Jawab Ziro di sertai kekehan.
"Tangan lo kenapa?" Celetuk Alena bertanya, Ziro menatap pergelangan tangannya yang terdapat luka sayatan.
Ziro terdiam beberapa detik, "Ah luka ini, kenapa? Lo jijik kah?"
Mampus, dia malah mikir kaya gitu lagi. Batin Alena, "Engga kok, gue cuma tanya aja. Maaf kalau pertanyaan gue nyinggung perasaan lo." Ucap Alena tak enak.
"Santai aja kali, gue udah biasa kok dan lo ga perlu gak enak." Ziro tersenyum seraya menatap Alena.
Tatapan matanya kaya banyak nyimpen luka. Batin Alena menatap Ziro. Namun interaksi mereka di lihat oleh Karel yang baru saja sampai do kantin bersama ketiga inti yang lain.
Ngapain Alena natap Ziro kaya gitu! Batin Karel mengepalkan tangannya di bawah, setelah itu ia meninggalkan para inti dari kantin.
"Lah si Karel kenapa?" Heran Zayyan yang melihat Karel berbalik dan berjalan menjauh dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]
Teen FictionALUR HASIL PEMIKIRAN SENDIRI, DI LARANG PLAGIAT!!! Follow dulu sebelum membaca. ini bukan hanya tentang rasa, namun juga tentang luka dan trauma yang di rasakan gadis bernama Alena. luka yang seakan tidak ada habisnya juga trauma nya terhadap hujan...