BAB 22

588 26 0
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca okey
Happy reading...

🦋🦋🦋

Karel dan para inti baru saja tiba di rumah sakit setelah tadi sempat menghampiri kediaman Rangga dan akan mengobrak-abrik rumah Rangga jika saja Keano tidak datang tepat waktu, kini mereka masuk kedalam ruangan dimana Alena di rawat.

Karel menghampiri Alena yang kini tengah bercengkrama dengan Maurin dan Kaizha, "Lama banget lo pada." Omel Maurin saat melihat mereka masuk ke dalam.

"Biasalah si jaya pengen berak, makanya tadi kita cari toilet dulu eh pas udah nyampe malah antri." Bohong Devano yang mendapat lirikan tajam dari Zayyan, kenapa harus menjual namanya pikir Zayyan.

"Kalau gitu kita pulang dulu ya Alena, semoga lo cepet sembuh." Ucap Kaizha dan Maurin, bukannya apa mereka tidak ingin menganggu kedekatan antara Karel dan Alena, niatnya sangat baik bukan.

Maurin dan Kaizha memeluk singkat tubuh Alena, "Semoga lo cepet sembuh dan bisa sekolah lagi." Alena mematung mendapatkan perlakuan seperti ini dari mereka, ia merasa seperti hidup kembali setelah sekian lama.

"Kok mereka pelukan gak ngajak gue sih," ucap Zayyan yang langsung mendapat geplakan dari Devano.

"Lo gak di ajak!" Sahut Devano.

Setelah berpamitan, kini yang tersisa di ruangan hanya tinggal Alena dan Karel.

"Lo gak ikut pulang?" Tanya Alena pada Karel yang saat ini tengah duduk di kursi yang berada di samping brankar yang Alena tempati.

"Engga, gue mau jagain lo disini." Ungkap Karel dingin namun terkesan serius, "Len, boleh gue tanya sesuatu?"

Melihat perubahan wajah Karel yang kini menjadi serius membuat Alena mengangguk ragu, "Hmm, lo mau tanya apa?" Alena berdehem.

"Apa benar lo anak dari Rangga El Malik?"

Deg!

Dari mana Karel tau? Batin Alena.

"Dari mana lo tau?" Alena balik bertanya seraya melirik Karel sekilas.

Karel memegang tangan Alena yang tidak terpasang infus, "Dari mana gue tau itu gak penting, yang mau gue tanyain kenapa bisa lo gak ada dalam daftar keluarga Rangga?"

Mendengar pertanyaan Karel, Alena mengdongkak dan menatap wajah Karel namun beberapa detik ia kembali memalingkan wajahnya, "Karna gue udah bukan anaknya lagi." Jawab Alena.

"Maksud lo?" Karel menatap wajah Alena lekat.

"Karna gue selalu jadi anak pembangkang makanya gue di coret dari kartu keluarga," jawab Alena berbohong seraya terkekeh.

Kerel menatap Alena curiga, "Gue gak suka di bohongin." Ucap Karel dengan nada dingin.

Deg..

Jantung nya berdetak dengan kencang, "Lagian siapa yang lagi bohong?" Alena mencoba untuk santai.

"Kalo emang lo lagi gak bohong, tatap mata gue!" Ucap Karel tegas.

"Apa sih, gue emang beneran gak bohong. Ngapain juga gue bohong sama lo." Jawab Alena meskipun saat ini kakinya sedikit bergetar di balik selimutnya.

"Tatap mata gue Alena." Ucap Karel lembut.

"Cck, ribet banget lo!" Alena berdecak namun tak urung ia menatap mata tajam milik Karel.

Beberapa detik mereka saling tatap, Alena terpaku dengan tatapan tajam milik Karel yang menurutnya sangat berbahaya bagi jantungnya.

Tatapan mata lo kosong.. Batin Karel yang menatap tatapan Alena yang terpancar kekosongan dan sangat rapuh, seperti tidak ada kehidupan disana dan menyimpan banyak luka?

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang