BAB 13

714 32 0
                                    

Happy reading...

Hari senin telah tiba, Alena sudah siap dengan seragam dan celana jeansnya. Hari ini ia akan kembali membawa motornya untuk sekedar melatih tangan kanannya agar tidak terlalu kaku. Obat yang di konsumsi pun tidak terlalu buruk, semenjak itu Alena belum merasakan tangannya kembali bergetar dan mati rasa. Syukurlah.

Saat baru saja mengeluarkan motornya, Alena di kejutkan dengan kehadiran Ezra yang sudah menunggunya di depan gerbang seraya menyenderkan tubuhnya pada pintu mobil, ia menatap Alena dengan tajam membuat gadis itu kebingungan.

"Bang Ezra kenapa ngeliatin gue kaya gitu banget anjir, serem banget." Gumam Alena yang kebingungan.

Ezra berjalan mendekat dan mengambil kunci motor nya dari kontak motor, ia lantas mengantongi kunci motor Alena membuat gadis itu semakin kebingungan. Ayolah ada apa dengan Ezra? Ini hari senin dan ia harus melaksanakan upacara jika tidak berangkat sekarang ia akan terlambat pikirnya.

"Lo kenapa dah, dateng-dateng ngambil kunci motor gue? Balikin sini gue mau berangkat sekolah." Heran Alena dengan tingkah Ezra.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue?" Tanya Ezra mengintimidasi Alena.

"Sembunyiin? Perasaan gue gak lagi nyembunyiin apapun dari lo." Jawab Alena santai, meskipun di lubuk hatinya ia sedikit panik namun sebisa mungkin ia menutupinya dengan sikap dinginnya.

"Lo pikir gue gak tau semua gerak-gerik lo selama ini?" Ezra semakin menekan Alena.

"Kita bahasnya nanti lagi deh ya? Gue mau berangkat ini, kalo telat gimana?"

Ezra memutar bola matanya malas, "Sejak kapan lo peduli sama jam masuk sekolah? Setau gue lo gak pernah peduli mau lo telat atau datang tepat waktu."

Skakmat, Alena tidak bisa membohongi Ezra. "Ya-ya kan setiap orang bisa aja berubah." Alena kembali beralasan, sebenarnya ia ingin segera pergi dari hadapan Ezra karna semakin lama ia menimpali ucapan Ezra semakin mudah pula ia untuk jujur.

"Jawab pertanyaan gue dulu, setelah itu lo boleh pergi." Tawar Ezra, namun bukan Alena namanya jika gadis itu tidak bisa bermain licik.

"Oke, tapi sebelum itu gue mau masuk buat ambil topi gue yang ketinggalan."

"2 menit." Ezra meberikan waktu 2 menit, dan Alena segera masuk kembali ke halaman rumah.

Ia segera mengeluarkan motornya yang lain di garasi tanpa bersuara, "Lo pikir gue ga punya cadangan apa." Alena terkekeh geli, setelah itu ia keluar lewat gerbang yang berada di belakang rumahnya, setelah sampai di luar ia akhirnya bisa bernafas lega saat bisa kabur dari hadapan Ezra, meskipun nantinya Ezra akan mengamuk padanya namun itu akan menjadi urusannya nanti.

"Maafin gue ya bang, gue terpaksa ngelakuin ini." Gumam Alena seraya menyalakan mesin motor ducati berwarna hitam di pasukan dengan garis putih silver semakin menambah kesan dingin pada diri Alena. Setelahnya ia segera melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi karna jam sudah menunjukan pukul 6.25 pagi.

Disisi Ezra, lelaki itu sudah jengah menunggu Alena yang tak kunjung keluar. Tidak tahu saja jika Alena sudah pergi lewat gerbang belakang.

Tak ingin menunggu lama, Ezra memasuki gerbang rumah Alena dan terlihat pintu garasi yang terbuka membuat lelaki itu menghembuskan nafas nya secara kasar.

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang