Bab ini akan ada adegan kekerasan yang tidak patut di tiru.
Jangan lupa untuk komen dan vote nya yaa..
Happy reading...*****
Di sebuah rumah yang cukup mewah, seorang lelaki berjalan ke ruang kerja seseorang. Ia mengetuk pintu dan masuk saat mendengar sahutan dari dalam.
"Gawat bang, anak buah lo di sekap di markas Samudra." Lelaki itu melaporkan apa yang tadi dilihatnya.
Lelaki yang di panggil bang itu menoleh kearahnya, meremas kertas yang sedang Ia pegang menyalurkan rasa kesalnya, "Sial, punya anak buah gak becus!" Muraknya seraya menggebrak meja kerjanya.
"Maaf bang." Cicit lelaki itu.
"Gue gak mau tau, sebisa mungkin lo harus segera lakuin apa yang gue suruh." Perintahnya.
"Ta-tapi bang-," belum sempat berucap, Ia telah lebih dulu di sela oleh lelaki di depannya.
"Lo lupa apa penyebab keluarga kita hancur? Gausah munafik deh lo gue tau lo juga punya rasa dendam yang sama kaya gue, sekarang lakuin apa yang gue suruh dan kalo lo gagal," lelaki itu mengetuk-ngetuk jarinya pada gelas di depannya, "Lo akan tau akibatnya!" Senyum miring tercetak di wajahnya memancarkan aura penuh kebencian .
*****
Setelah ganti baju, Alena berjalan menghampiri Karel yang masih duduk di ruang tamu dengan membawa handuk di tangannya.
"Maaf lama, lo bisa keringkan rambut lo pake handuk." Alena memberikan handuk pada Karel yang di terima oleh lelaki itu.
"Thanks." Ucap Karel seraya mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk.
Alena menatap pergerakan Karel, namun sedetik kemudian Ia memalingkan wajahnya. Jujur saja Karel memang tampan, itu sebabnya banyak orang yang menyukai lelaki itu, bahkan dalam keadaan rambut basah pun kadar ketampanannya malah semakin bertambah.
Jantungnya berdebar acap kali berhadapan dengan Karel, "Jantung gue kenceng banget bunyinya, apa iya gue punya riwayat penyakit jantung?" Batin Alena.
"Lo mau minum apa Rel? Gue bikinin dulu." Alena beranjak dari duduknya, namun pergerakannya terkunci saat Karel memegang pergelangan tangannya.
Alena menoleh ke bawah menaikkan sebelah alisnya, namun yang di tatap justru membalasnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Sebenarnya siapa lo?" Tanya Karel tiba-tiba, "Kenapa lo misterius banget? Dan kenapa juga lo nyamar jadi Queen?" Pertanyaan beruntun yang Karel lontarkan membuat Alena bingung.
"Gue siapa? Ya gue manusia lah lo kira hantu?" Jawab Alena nyeleneh.
Karel menghela nafas kasar, "Maksud gue, lo kenapa di kejar sama dua orang tadi? Bahkan mereka celakain lo secara terang-terangan yang artinya nyawa lo sedang terancam Alena, apa yang lo sembunyiin?" Tanya Karel serius.
Bahkan gue lupa kalo nyawa gue lagi terancam, gue rasa ini ada hubungannya sama pelaku yang sama. Tapi siapa? Gue bahkan belum bisa mengklaim kalau Ziro juga ada di balik masalah ini. Gue harus cari tau secepatnya. Batin Alena.
Melihat Alena yang hanya terdiam dengan pikiran yang entah kemana, Karel memeluk tubuh gadis itu secara tiba-tiba.
"Lo kalo ada masalah, cerita sama gue jangan lo pendam sendirian." Bisik Karel di sela pelukan mereka.
Alena yang mendapat pelukan tiba-tiba tersentak dan bergeming, pipinya memanas bahkan kini jantung nya berdetak dengan ritme yang sangat cepat.
Jantung gue kenapa anjir, plis gue masih mau hidup... Gue gak mau punya penyakit jantung! Batin Alena yang tidak sadar dengan apa yang tengah di rasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]
Teen FictionALUR HASIL PEMIKIRAN SENDIRI, DI LARANG PLAGIAT!!! Follow dulu sebelum membaca. ini bukan hanya tentang rasa, namun juga tentang luka dan trauma yang di rasakan gadis bernama Alena. luka yang seakan tidak ada habisnya juga trauma nya terhadap hujan...