Happy reading...
*****
Pagi telah menyapa, sinar matahari masuk melalui celah jendela dan membangunkan Alena yang tertidur pulas. Gadis itu menggeliat seraya beranjak dari tidurnya.
"Badan gue makin remuk rasanya," itulah hal pertama yang ia rasakan saat bangun, luka kemarin masih belum mengering bahkan kini wajahnya terlihat membengkak, jangan lupakan robekan pada duduk bibirnya masih bisa terlihat.
Alena beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi, beberapa menit berada di kamar mandi kini Alena sudah rapih dengan seragam dan celana jeans nya.
Ia menatap wajahnya di pantulan cermin, "Muka gue bengkak banget gusti, katanya gue harus pake make up biar lukanya ga terlalu keliatan." Gumam Alena seraya mencari foundation untuk di pakainya, meskipun memakai make up tidak di perbolehkan di sekolahnya, namun ini adalah cara agar luka di wajahnya tidak terlalu terlihat oleh orang-orang di sekolahnya.
Setelah selesai, Alena memakai jaket dan menyampirkan tasnya di bahu kanannya. Gadis itu berjalan ke halaman rumah, ia memakai helm fullfacenya dan menaiki motor sport hitam miliknya.
Saat akan memegang stang motor, tangannya tiba-tiba bergetar dan tidak dapat merasakan apapun seperti mati rasa.
"Tangan gue kenapa kaya gini lagi? Gue gak bisa ngerasain apa-apa." Lirih Alena menghela nafasnya dan berusaha mengepalkan tangannya.
jujur saja ia tidak dapat merasakan apapun apakah ini karna kejadian kemarin? Setelah berusaha untuk mengepalkan tangannya, akhirnya tangannya kembali seperti semula meskipun masih bergetar setidaknya ia dapat mencengkram kemudi motor sportnya.
Alena segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang, "Kayanya gue gabisa terus biarin tangan gue kaya gini terus, gue harus kerumah sakit buat periksa." Monolognya do sepanjang perjalanan menuju kesekolah.
Beberapa menit, akhirnya Alena sampai di SMA Candrawasih tepat waktu meskipun ia harus menghabiskan waktu yang sedikit lama untuk sampai namun ia beruntung karna bel berbunyi bertepatan dengan ia parkir di parkiran.
Alena melepaskan helm fullfacenya dan merapihkan sedikit rambutnya yang berantakan, hal tersebut mengundang pekikkan dari beberapa siswa yang masih berlalu lalang namun Alena tidak memperdulikan nya. Ia segera masuk kedalam toilet untuk mengganti celana nya dengan rok SMA CANDRAWASIH.
Alena masuk kedalam kelas dan syukurlah ia masuk bertepatan dengan guru mapel seni budaya masuk, di susul oleh para inti Samudra gang.
Alena duduk di bangkunya, di susul oleh Karel serta para inti yang duduk berdekatan dengan mereka.
"Len, lo kok kemaren gak masuk sekolah?" Tanya Zayyan berbalik badan dari bangkunya,
"Urusan!" Cuek Alena.
Zayyan meringis mendengar jawaban Alena, ia akhirnya berbalik kembali kedepan dan menatap guru di depannya.
"Baik, saya akan membuat kelompok untuk mengerjakan tugas membuat lukisan yang bertemakan Indonesia, dan nanti mempresentasikan nya di depan." Ujar bu Kania memulai pembelajaran.
"Gue paling mager banget kalo udah ada tugas kelompok kaya gini." Ujar Zayyan malas.
"Bu, satu kelompoknya berapa orang?" Tanya Kaizha dengan mengangkat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]
Teen FictionALUR HASIL PEMIKIRAN SENDIRI, DI LARANG PLAGIAT!!! Follow dulu sebelum membaca. ini bukan hanya tentang rasa, namun juga tentang luka dan trauma yang di rasakan gadis bernama Alena. luka yang seakan tidak ada habisnya juga trauma nya terhadap hujan...