BAB 11

726 26 0
                                    

Happy reading....

******

Kini para inti dan para cewek baru saja tiba di rumah megah milik orang tua Karel dan Kaizha, mereka pergi ke Gazebo yang berada di halaman belakang karna mereka akan mengerjakan tugasnya disana.

"Gue ganti dulu baju." Ujar Karel masuk kedalam, disana ia memerintahkan asisten rumah tangganya untuk menyiapkan minuman serta cemilan untuk para teman-temannya.

"Gila rumah lo gede banget Zha." Maurin menatap takjub bangunan megah yang me jadi tempat tinggal Karel dan Kaizha.

"Biasa aja gausah gitu liatnya kali." Devano meraup wajah Maurin membuat gadis itu menatap tajam wajah Devano.

"Len sini duduk," ucap Kaizha yang melihat Alena hanya diam saja, akhirnya Kaizha menggandeng tangan kiri Alena untuk duduk bersama mereka di Gazebo.

"Lo gausah ngerasa sungkan, anggap aja rumah kita sendiri." Ucapan nyeleneh Zayyan untuk membuat Alena tidak gugup.

"Ah, oke." Alena mengangguk, jujur saja ia merasa bingung harus berinteraksi seperti apa, karna sebelumnya ia tidak pernah mempunyai teman jadi ia bingung harus seperti apa.

Tak lama tiga asisten rumah tangga menghampiri mereka dengan membawa berbagai macam cemilan dan minuman.

"Makasih bi," ucap Kaizha pada bi surti dan kedua asisten lainnya.

"Buset banyak banget, kaya mau bikin pesta aja." Ujar Devano yang melihat banyaknya makanan yang tersaji.

"Lo lupa keluarga Karel punya restoran dimana-mana?" Keano mengingatkan Devano, wajar saja jika banyak makanan wong keluarga nya mempunyai usaha di bidang makanan.

"Ahaha, iya gue lupa."

"Len kita makan makan Len." Maurin menyenggol lengan Alena dengan wajah sumringah.

Tak lama Karel datang dengan memakai kaos polos serta celana jeans pendek menghampiri mereka.

"Yaudah jadi kita mau buat apa nih?" Tanya Maurin, seraya mencomot satu potong pizza yang berada di depannya.

"Menurut gue sih mending kita bikin rumah suku Dayak gak sih? Kan itu termasuk kedalam beragam Indonesia juga." Usul Kaizha.

"Gue mah ngikut kanjeng ndoro aja lah," ujar Zayyan yang tengah sibuk dengan makanannya.

"Yee lo mah makan mulu setan."? Devano menggeplak tengkuk Zayyan hingga membuat lelaki itu tersedak makananya.

Uhuk.. Uhuk..

"A-air.." Ucap Zayyan terbata, hal tersebut membuat mereka terbahak melihat ekspresi Zayyan namun tak urung Devano memberikan satu gelas air putih pada Zayyan yang langsung di minum hingga tandas olehnya.

"Gila lo Dev, lo pengen liat gue mati muda kan?" Kesal Zayyan pada Devano.

"Gak sengaja anjir kirain gak akan bikin lo batuk kaya tadi." Devano cengengesa.

Berbeda dengan Alena, gadis itu hanya tersenyum tipis melihat interaksi teman-teman Karel yang absurd.

Namun getaran di ponselnya membuat ia mengalihkan pandanganya, tertera nama Ezra yang menelponnya.

Alena beranjak pergi sedikit menjauh dari teman-temannya, ia lantas menekan ikon hijau untuk menjawab panggilan dari Ezra.

"Kenapa bang?"

"Lo dimana? Gue dapet laporan dari opa Zhevan kalo pelaku tabrak lari nyokap lo udah ketangkap, dan di sekap sama opa di kastil

ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang