Meskipun pernikahan kita tidak di landasi oleh perasaan, namun aku akan meratukanmu di istana milikku.
Alvano El malik.
Happy reading..
******
Sore hari, seorang lelaki tampan dengan rambut undercut dan tinggi yang semampai baru saja bisa bernafas lega saat semua pekerjaannya selesai, ia duduk di kursi kebesarannya seraya sesekali menghela nafas lelah.
"Baru juga balik dari luar kota udah harus ngerjain ini itu di kantor," gumam Ezra seraya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut, Ezra memang baru saja tiba tadi siang setelah melakukan perjalanan bisnis di Surabaya, namun saat akan pulang ke apartemen miliknya ia di haruskan pergi ke kantor untuk menandatangani beberapa berkas penting.
Tak lama dering ponsel miliknya berbunyi, ia lantas merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya, tertera nama Alvano di layar ponsel miliknya tanpa menunggu lama ia mengangkat panggilan tersebut."Ngapain lo nelpon gue?" Tanya Ezra dengan nada malasnya,
"Zra tolongin gue!" Suara Alvano di sebrang sana yang sedikit panik membuat Ezra menyerngit.
"Lo kenapa dah, panik amat." Tanya Ezra,
"Gue di suruh nikah!"
Mendengar penuturan Alvano, Ezra sedikit terkejut, "Lah tiba-tiba banget kocak!" Kata Ezra tak habis pikir dengan Alvano.
"Nanti gue ceritain, yang jelas lo dateng ke alamat yang gue kirim ajak Alena juga kalo dia mau, gue harap dia mau karna gak mungkin juga gue kasih tau bokap." Ujar Alvano menjelaskan, setelahnya ia mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Ya Tuhan padahal gue cape banget." Ezra menghela nafas jengah, namun tak urung ia segera beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan.
*****
Saat ini Ezra, Alena dan Karel baru saja tiba di pinggiran kota jakarta tepat pukul tujuh malam, mereka memarkirkan motor sportnya d pinggir jalan saat tak sengaja melihat motor Alvano terparkir tak jauh dari mereka.
"Ngapain juga sih gue harus ikut segala?" Kesal Alena pada Ezra seraya memutar bola matanya kesal.
"Ya gimana ini permintaan abang lo," kata Ezra seraya mulai berjalan menyusuri jalanan yang nampak remang-remang.
"Emang kita mau ngapain kesini?" Tanya Karel yang memang sejak tadi belum mengetahui apapun termasuk Alena.
"Nanti juga kalian tau sendiri, udah ayo jalan!" Ezra berjalan di depan dengan Alena dan Karel yang berada di belakangnya.
Entah sejak kapan tangan Alena dan Karel saling bertautan, namun Alena merasakan kenyamanan ketika berjalan bersama Karel sehingga ia tidak protes ketika tangannya sejak tadi di genggam oleh Karel.
Setelah berjalan sebentar, mereka melihat sebuah rumah sederhana yang nampak sedikit ramai.
"Alvano!" Panggil Ezra saat melihat Alvano yang duduk di kursi bersama bapak-bapak.
Alvano menoleh dan beranjak menghampiri mereka, "Len kamu datang? Makasih ya udah mau dateng." Alvano tersenyum hangat pada Alena, namun saat tangan kanannya ingin mengelus kepalanya, Alena dengan segera menyingkir dari tangan Alvano membuat lelaki itu tersenyum getir.
"Sebenernya ada apa?" Tanya Ezra untuk menghilangkan kecanggungan antara adik dan kakak satu ini.
"Gue kepergok mesum di rumah ini." Cicit Alvano pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (a Secret) [ON GOING, REVISI]
Teen FictionALUR HASIL PEMIKIRAN SENDIRI, DI LARANG PLAGIAT!!! Follow dulu sebelum membaca. ini bukan hanya tentang rasa, namun juga tentang luka dan trauma yang di rasakan gadis bernama Alena. luka yang seakan tidak ada habisnya juga trauma nya terhadap hujan...