15

17.2K 838 8
                                    

Saat masih dalam perjalanan, Marvin tak sengaja melihat seorang pemuda yang waktu itu sempat menjadi rivalnya.

"Dimas" gumam Marvin dengan nada panik.

"Ka, berhenti ka!" Ucap Marvin dengan kencang, karena dia benar benar panik saat ini.

Alaska memberhentikan mobilnya, Marvin langsung keluar dan berlari menuju seseorang yang sedang dikeroyok itu.

"Woy, bajingan! Mainnya keroyok!" Ucap Marvin.

Para pengeroyok langsung menoleh kearah Marvin, dan terlihat jelas Dimas sudah terluka luka. Karena mencoba melawan 5 orang itu.

Ke 5 orang itu langsung melawan Marvin sekaligus, Marvin memandang remeh mereka semua. Karena 5 orang adalah hal yang kecil.

Perkelahian sangat sengit, Alaska akhirnya keluar dan membantu perkelahian Marvin dan 5 orang preman itu.

Akhirnya, Marvin dan Alaska memenangkan perkelahian itu. 5 orang itu, langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.

Marvin datang kearah Dimas dengan wajah panik.

"Dim, lu gapapa?!" Dimas hanya tersenyum mendengar Marvin yang mengkhawatirkan dirinya.

"Ayo kita kerumah sakit" Marvin membantu Dimas untuk masuk kedalam mobil Alaska.

Alaska hanya bisa berdecak kesal, karena semua yang sudah dia susun dengan rapi malah menjadi rumit.

Didalam mobil, wajah khawatir Marvin pun belum menghilang.

"Lu, kok bisa dipukul sama mereka?" Tanya Marvin.

"Gua tadi dibegal, cuman untung aja ada lu sama dia" tunjuknya kearah Alaska.

"Hati hati lu lain kali. Untung aja ada kita, kalo gak ada kita, gimana jadinya lu" Dimas terkekeh mendengar perkataan Marvin.

"Gua gapapa, udah.. jangan khawatirin gua, tenang aja" ujarnya dengan mengelus pucuk kepala Marvin.

Alaska yang melihat itu, langsung membuat deheman yang sangat keras. Membuat Marvin dan Dimas menoleh kearahnya.

Marvin melihat dari kaca, jika Alaska sedang menatap tajam Dimas dan dirinya. Marvin seolah acuh dan tidak perduli.

Biar kan saja, pikir Marvin.

"Udahkan? Kalo gitu, saya dan Marvin pergi dulu" Ujar Alaska dengan tatapan yang tajam dan ekspresinya yang datar.

Namun, menyiratkan permusuhan diantara mereka berdua.

"Mau dianter pulang juga gak?" Tanya Marvin, Dimas tersenyum dengan senang dan mengangguk.

"Gak usah, ayo pergi" Ujar Alaska, lalu menarik tangan Marvin untuk pergi dari rumah sakit.

___________________________

"Lu, apa apaan sih Ka?!" Marvin melepas genggaman tangan Alaska, wajahnya benar benar sangat kesal dengan tingkah Alaska.

"Saya cemburu!" Bentak Alaska yang sudah tersulut emosi.

"Lu cemburu?! Cuman masalah gua yang nolongin dia, lu cemburu?!!" Bentak Marvin yang tak terima.

"Saya cemburu kamu perlakukan dia dengan seperti itu, saya cemburu sekali!!" Alaska tak kalah kencang teriakannya, dia benar benar sudah marah sekali.

"Lu kekanakan banget tau, Ka" Ujar Marvin, yang mulai memelankan suaranya.

Alaska mulai menghela nafas, dia pun menurunkan emosinya.

"Saya kekanakan juga karena kamu, Marvin." Ujar Alaska, Marvin mencoba tenang agar tidak merusak semuanya.

"Gak usah cemburu, gua cuman nolongin dia" Alaska memejamkan matanya, dadanya benar benar sakit melihat Marvin dengan Dimas.

Dadanya benar benar sakit, ketika melihat Marvin yang begitu mengkhawatirkan Dimas.

Pikirannya menjadi negatif, melihat apa yang sudah Marvin lakukan. Rasanya takut, jika Marvin akan meninggalkan dia.

Alaska memeluk Marvin dengan sangat erat, air matanya terjatuh.

Marvin merasakan punggungnya seperti basah, saat dia menjauhkan dirinya dengan Alaska. Terlihat jika Alaska menangis sangat kencang.

Marvin mengusap mata Alaska, menghapuskan air mata Alaska.

"Kenapa nangis?" Tanya Marvin dengan lembut.

"Takut kamu pergi" Lagi lagi, air mata Alaska turun dengan mudahnya.

Marvin tersenyum, "Jangan nangis, gua gak pergi"

Kata kata penenang dari Marvin, mampu membuat Alaska berhenti membuat pikirannya tentang Marvin menjadi negatif.

~~~

Mata Marvin ditutup dengan tangan Alaska, entah sedang apa Alaska menutup matanya.

Yang tadinya gelap, sekarang sudah terlihat didepan Marvin, ada 1 meja dan 2 kursi beserta dengan minuman dan makanan yang dihidangkan.

Marvin tercengang melihat semua yang sudah Alaska siapkan.

Marvin dan Alaska duduk dengan saling berhadapan. Jantung Marvin benar benar berdetak dengan sangat kencang, entah kenapa jantungnya jadi seperti itu.

Alaska menatap dirinya dengan senyuman yang sangat manis, yang membuat wajahnya semakin tampan.

Marvin memalingkan wajahnya, "gak usah senyum senyum! Entar makin jelek!"

Marvin mencoba untuk tidak salting, dia harus tetep untuk terlihat masih kesal dengan Alaska.

"Kenapa kamu bisa manis dan cantik, sayang?" Mendapatkan pertanyaan gombal dari Alaska, membuat Marvin sedikit kesal.

Karena dia tidak suka dibilang manis dan cantik, dia adalah cowok! Bukan cewek!

"Gua gak cantik! Gua juga gak manis! Gua nih... manly ~" ujar Marvin, yang sempat berhenti dan melanjutkan kata manly.

Alaska tertawa kecil, bagaimana bisa Marvin mengatakan jika dirinya manly. Jika wajahnya saja sangat cantik untuk ukuran seorang laki laki.

"Gak lucu tau!" Marvin mengerucutkan bibirnya, menambah kesal sangat menggemaskan.

Secara spontan, Alaska mencubit kecil pipi Marvin.

"Jangan sentuh, Ish!" Lagi lagi, Alaska dibuat tertawa karena tingkah sang kekasih yang sangat menggemaskan.

"Sayang, jangan gemes gemes. Nanti saya cium, kamu mau?" Alaska menaik turunkan kedua Alisnya, dan menatap Marvin dengan menggoda.

"Dih, ogah!" Marvin memalingkan wajahnya, Alaska hanya terkekeh.


Berhenti di 15 dulu ya, otakku tiba tiba gak bisa diajak kerja sama.

Nanti kalo dah tau alur selanjutnya, entar up lagi. Soalnya, kadang asal punya ide gitu loh, jadi emang rada kacau nih alur😔😭

Mau lanjutin cerita yang sempet aku tunda juga, di aplikasi lain. Entar kalo yang cerita disana udah selesai, aku lanjut yang ini.

Lop youuu❤️❤️

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang