24

9.9K 515 13
                                    

Happy reading!!!!

Alaska pergi meninggalkan Papanya dengan perkataan kasar yang keluar dari mulutnya.

"Bangsat! Anjing! Asu! Babi! Goblok babi!!" Teriak Alaska frustasi.

Alaska terduduk lemas dengan bersender pada dinding kamarnya. Sudah tidak ada harapan lagi pada Alaska untuk bersatu dengan Marvin, orang yang dia cintai itu.

"Gimana caranya gua lawan Papa, coba?" Gumam Alaska.

Dibalik tatapan intimidasi, ekspresi datar dan dingin, bicaranya yang sangat irit. Alaska tak mampu melawan dengan semua ekspresi yang biasa dia perlihatkan ke orang lain, kepada Papanya.

Semua ekspresi, tatapan tajam, irit bicara itu seakan tak mampu membuat Sang papa kicep ataupun takut.

Papa Alaska tau, kelemahan Alaska adalah Marvin. Mudah bagi papa Alaska, jika Alaska tidak mau menuruti kemauannya, dia bisa saja membuat Marvin kenapa kenapa.

Tentu Alaska tidak mau hal itu terjadi kepada Marvin. Alaska mau melindungi Marvin.

Suara ketukan pintu terdengar, mampu menyadarkan Alaska dari lamunannya.

"Den, ini bi Atin. Den, ada nona Ellora. Katanya nona Ellora, dia ingin bicara dengan den Alaska" ucap Bi Atin dibalik pintu kamar Alaska.

"Suruh dia pulang, Bi" ucap Alaska dengan lesu.

"Heh, babi! Keluar, lu, sekarang! Gak usah sok sedih, bangsat!" Suara perempuan dengan nada kasar yang tak asing ditelinga Alaska, dia pun terpaksa beranjak dari duduknya dilantai.

"Ada apa?" Alaska menatap malas Ellora, disambut dengan tatapan malas Ellora juga kepada Alaska.

"Ada yang mau gua bilang, tapi sebelum itu. Lu harus siap siap, because, gua mau ajak lu kesuatu tempat" Jika sudah begini, mau tidak mau, Alaska menuruti apa yang Ellora katakan.

~⁠>⁠'⁠)⁠~⁠~⁠~

"Ngapain lu bawa gua kesini?" Ujarnya dengan nada yang dingin. Ellora merolling eyes malas.

"Bacot lu, diem aja napa!" Alaska hanya balas dengan deheman saja.

"Siapa dia?" Tunjuk Alaska pada seorang laki laki yang sudah duduk manis dibangkunya.

"Calon tunangan gua" Alaska membalas dengan anggukan kepala.

"Gua gak mau tunangan sama lu, gua gak cinta sama lu. Gua cuman cinta sama Galen, dia harus jadi papa dari anak anak gua"

"Wait, jangan bilang selama ini lu cuman akting?"

"Of course, jijik gua sama akting gua. Berasa lonte sama udah kek tante tante girang" Alaska tertawa kecil.

"Tapi dimata aku, kamu tetep yang terbaik dan lucu kok, sayang" balas Galen dengan mengusap pipi dan mengusak rambut Ellora.

"Ah, sayang. Bisa aja, kamu. Makin sayang, deh" ucap Ellora yang langsung memeluk tubuh Galen.

"Kalian kalo semisal panggil gua cuman buat mesra mesra doang, sorry ya. Gua sibuk, lebih baik gua berdua-an sama pacar gua"

"Emang Marvin anggep lu pacar?" Ejek Ellora.

"Anggep lah!" Kekeh Alaska.

"Affah iya?" Tawa Ellora terdengar, seperti puas mengerjai Alaska yang terlihat merenung dan terdiam.

"Elah, gua bercanda, Ka. Jangan murung gitu kali wajahnya, jelek bet. Ya, kan, sayang?" Galen membalas ucapan Ellora dengan anggukan.

"Todep" nada bicara Alaska kembali dingin, Ellora meneguk salivanya susah payah.

"Jadi begini, ayo kita kerjasama. Lu gak mau tunangan sama gua, kan? Sama, gua juga gak mau tunangan sama lu"

Ellora dan Galen mulai memberi tau Alaska tentang rencana rencana apa yang akan mereka buat. Alaska mendengar dengan seksama, karena dia juga ingin melepas jeratan Papanya.

Alaska mengangguk setuju dengan rencana rencana yang Ellora sudah buat.

"Bagus, boleh juga rencana lu. Oke, gua setuju. Kita akan lakukan sehari sebelum tunangan dimulai, kalo sampe plan A gagal. Kita bisa gunain pake plan B, dan terakhir plan C" Ellora dan Galen mengangguk dengan tekad yang kuat.

"Harus berhasil, gua mau bahagia sama Galen, bukan Alaska" batin Ellora.


Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ


"Bang, lu yakin mau lawan papa?" Tanya Raja dengan khawatir.

Tentu dia akan khawatir, bagaimana tidak? Marvin akan melawan Sang papa. Marvin akan bertemu dengan Papanya malam ini, disebuah bangunan terbengkalai (?).

Semacam itulah. Terlihat seperti pancingan, ya memang pancingan. Marvin tentu tidak bodoh, dia tau. Dia hanya mengikuti permainan, hanya itu saja.

Lebih baik berpura pura bodoh dengan sengaja masuk kedalam kandang macan. Marvin akan menertawai Si tua bangka itu, jika ternyata dia berhasil mengalahkannya.

Waspada itu harus, Marvin sudah menyusun rencana. Harus benar benar waspada, pandai melihat situasi kondisi, dan tetap melihat keselamatan.

Marvin menitipkan Raja pada Reksa dan Jex. Marvin tau, Reksa dan Jex juga pandai dalam berkelahi. Tak lupa, ditempat Reksa, ada kakaknya Reksa yang juga pandai berkelahi. Jika Reksa, Jex dan Sang kakak sudah disatukan, maka kemungkinan Raja akan diculik sekitar 10 - 30%.

Marvin sudah bersiap, dia terlihat sendiri. Dia tidak sebodoh itu, sampai harus datang sendiri seperti menyerahkan diri setelah masuk kedalam kandang macan yang sengaja dia lakukan itu.

Semua dipersiapkan jauh jauh hari, sebelum Sang papa mengajak Marvin untuk bertemu.

"Ck, ck, ck. Kita liat saja, siapa pemenangnya" senyuman miring terukir diwajah Marvin yang tampan sekaligus cantik itu.

Dia sudah sangat bersiap untuk semuanya, tangannya seakan gatal, karena harus menahan agar tidak menghajar Papanya itu.


Makasih ya, yang udah mau vote, komen, follow, dan juga baca. Terimakasih ❤️❤️❤️

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang