07

20.9K 1.1K 37
                                    

Halooo!!!! Semoga masih betah ya bacanya
Happy reading!!!




Marvin yang mendapat serangan itu langsung terjatuh. Darah sudah mengalir dari tubuh Marvin dan teman temannya, begitu juga dengan kelompok Alex. Namun tawuran belum berhenti.


_______________________________________

Tiba tiba anggota OSIS datang bersama guru dari sekolahnya dan sekolah Alex.

Anak anak yang mengetahui itu langsung kabur. Namun saat Marvin akan kabur, dia tak sempat. Karena tubuhnya yang benar benar sudah lemas.

(⁠'⁠;⁠︵⁠;⁠'⁠)

Sekarang Marvin dan teman temannya berada di ruang BK. Mereka benar benar dimarahi habis habisan oleh guru BK.

Setelah selesai dimarahi, mereka keluar dari ruang BK. Sudah banyak yang menunggu mereka keluar dari ruang BK. Banyak wajah yang khawatir dengan kondisi mereka.

Lihat saja dengan kondisi mereka yang banyak luka dimana mana, seragamnya sudah kotor akibat tercampur tanah.


Alaska datang menghampiri Marvin, dia langsung menarik Marvin menuju ruang OSIS tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Ngapain lu bawa gua kesini?" tanya Marvin.

Alaska tidak menjawab pertanyaan Marvin, ditangan Alaska sudah ada kotak P3K.

Alaska langsung mengobati Marvin, walaupun wajah Marvin dilanda kebingungan.

Selesai mengobati, tidak ada yang membuka suara. Hingga Alaska membuka suara "permintaan kedua saya, saya mau kamu tidak ikut tawuran."

"Permintaan kedua? Yang pertama lu minta apaan?" tanya Marvin. Maklum saja, remaja jompo gampang lupaan model Marvin.

"Tidak terlambat." Jawab Alaska dengan nada datarnya. Marvin hanya menganggukkan kepalanya.

"Bisa?" tanya Alaska sekali lagi, dengan menatap lekat.

"Gua gak janji. Tapi kalo emang bisa, ya gua gak bakal ikut tawuran." Jawab Marvin dengan sungguh sungguh. Memang terlihat jika dirinya begitu mengkhawatirkan orang lain, tapi dia lupa akan dirinya sendiri.

Alaska mengelus pucuk kepala Marvin, tak lupa dia juga memberikan senyuman untuk Marvin.

"Kalo kamu capek, tidur aja. Disana ada sofa panjang, jadi kamu bisa rebahin juga ada bantal", ucap Alaska sambil menunjuk sofa panjang yang tak jauh dari mereka.

"Gua baru sadar ada sofa panjang disini." Alaska terkekeh dengan penuturan Marvin.

"Astaga, darimana aja kamu sampai baru tau? Memang ini sudah lama." Marvin mengangguk, tanpa berlama-lama dirinya langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa panjang tersebut.

"Capek juga ya ...." keluh Marvin. Beberapa menit kemudian, barulah Marvin dapat menutup matanya untuk tidur.


Disaat Marvin tertidur, diam diam Alaska memandangi wajah cantik milik Marvin.

"Kenapa kamu secantik itu?" tanya Alaska. Alaska hanya mengelus rambut Marvin yang wangi itu.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang