11

17.4K 868 7
                                    

Haloo!!! Semoga masih betah ya bacanya
Happy reading!!!!

Pagi telah datang, Marvin sungguh malas harus membuka matanya. Malas masuk sekolah dan malas membuka mata.

Tidak apa apa dia dicap anak berandalan lagi, siapa perduli?

Tunggu, sepertinya dia teringat sesuatu. Hm, ah benar. Sepertinya, sejak kemarin tidak ada notifikasi chat dari Alaska. Kemana dia? Marvin terus berpikir, kemana perginya Alaska.

Marvin menghempaskan pikirannya untuk tidak memikirkan Alaska terus, "masa bodo".

"Ah elah, pake gak bisa tidur lagi. Ya udahlah, gua cari udara aja. Males kesekolah" ujarnya, lalu pergi bersiap untuk pergi entah kemana.

_______________________________________

Dimeja makan sudah terdapat sang adik. Dia menatap heran, alasannya bukan karena dia tidak memakai seragam.

Ya, Raja memang sudah tidak kaget lagi. Jika kakaknya bolos sekolah, itu sudah hal yang menurutnya biasa.

Yang dia herankan, kenapa Marvin menjadi orang se-rapi ini. Marvin tipe cowok yang suka yang berantakan daripada yang rapi.

Jadi, jika dia menjadi cowok yang rapi. Itu hal yang mengejutkan.

Marvin merasa dirinya diperhatikan, lalu menatap balik sang adik "kenapa ngeliatin gua terus?"

"Kaget gua bang, kan setau gua lu orangnya berantakan terus stylenya. Terus lu tiba tiba pake pakaian rapi, kayak bikin gua kaget" jelas Raja, Marvin yang mendengar penjelasan Raja hanya tertawa saja.

Ya, Marvin menjadi laki laki yang rapi itu berkat Alaska. Setiap kali Marvin berpakaian berantakan, pasti Alaska akan membuat pakaiannya menjadi rapi kembali.

Ah benar, Alaska memang sudah membuatnya berubah dalam segala hal. Mengingatkan Marvin pada Alaska, entah kenapa dia ingin marah dan kesal.

"Kenapa bang?" Saat melihat sang kakak seperti bergulat dalam pikirannya sendiri.

"Ah, gak gak. Gapapa" jawab Marvin dengan senyum kikuk.

Marvin menyudahi makannya, dia beranjak dari tempat duduknya. Lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar apartemen.

Sebelum keluar, Raja sempat menghentikan langkahnya, "Tunggu bang!"

Marvin menoleh, mengangkat sebelah alisnya. Raja terdiam sejenak, memikirkan kalimat yang akan dia ucapkan.

"Eum, gini bang. Gua boleh gak, tinggal sama lu?" Tanyanya dengan menunduk, Marvin berjalan mendekati Raja. Mengelus pucuk kepalanya, lalu tersenyum, "Boleh, siapa yang larang?"

Mata Raja berbinar, memeluk sang kakak dengan senang. Marvin membalas pelukan dengan senang hati, mereka berpelukan cukup lama dan kata terimakasih yang keluar dari mulut Raja.

*~~~*

Duduk, diam, dan mengamati. Hanya itu yang Marvin lakukan ditaman kota. Diam memandangi dan mengamati.

Seorang gadis datang menghampirinya, mengajak kenalan. Namun, Marvin seperti ogah meladeni.

"Fanya" ucapnya, sambil menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan dengan Marvin.

"Marvin" jawab Marvin singkat. Tanpa membalas tangan Fanya. Fanya menarik kembali tangannya, karena tidak dibalas.

Tiba tiba anak kecil tangan menghampiri mereka, sepertinya anak kecil itu kenal dengan Fanya.

"Mom, ayo kica puyang" ujar anak kecil itu.
(Mom, ayo kita pulang) Fanya dan sang anak, berpamitan pada Marvin. Lalu melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Marvin.

Karena sudah merasa bosan, dia mulai pergi ke cafe terdekat. Disana Marvin terkejut, saat melihat Alaska dengan seorang gadis cantik (?)

Marvin tetap masuk kedalam cafenya dan matanya mencoba melihat ke arah lain.

Pesanan Marvin datang, matanya sempat bertemu dengan Marvin. Mereka sempat saling bertatapan sejenak. Terlihat wajah terkejut Alaska, saat Matanya bertemu dengan mata Alaska.

Rasa khawatir menyelimuti tubuh Alaska, rasa takut kehilangan juga menyelimuti Alaska. Alaska terlalu takut dan khawatir, hingga dia tidak menyadari jika gadis cantik disebelahnya sedang mengajak berbicara.

"Ih, kamu dengerin aku ngomong gak sih?!" Bentak gadis itu.

"Ya" jawab Alaska dengan singkat dan jangan lupakan ekspresi wajahnya yang datar.

"Kamu datar mulu! Sekali sekali senyum kek!" Balas sang gadis dengan kesal.

Alaska pergi meninggalkan gadis itu dan menuju kearah mobilnya. Gadis itu langsung mengikuti Alaska pergi dan menaiki mobil Alaska juga.

Marvin hanya melihat, dan dia mengendikkan bahunya. Walaupun ada rasa sakit dihatinya, tapi dia masih mencoba bodo amat.

Hanya bertanya tanya, siapa gadis yang bersama Alaska itu. Sepertinya, Alaska juga tidak menyukai gadis itu.

Marvin tidak mau ambil pusing dengan kehidupan Alaska. Dia tidak mau, jika dia terlalu jatuh cinta dengan Alaska dan membuat hatinya sakit.

Marvin terus mencoba menahan perasaannya agar tetap pada Marvin yang dulu, yang tidak mudah jatuh cinta pada orang.

Suara hening terjadi, tidak ada suara, hanya ada lampu yang menerangi didalam kamar Marvin.

Marvin terus mencoba untuk tidur, namun dia masih terus teringat saat di cafe.

Entah kenapa, hatinya merasa sakit melihat Alaska dengan gadis lain.

Marvin ingin sekali mengumpat dihadapan gadis itu, namun dia harus bisa menahan dirinya.

"Bajingan Alaska, sakit coy hati gua" umpat Marvin

"Sialan lu Alaska Vincent Arka." Umpat Marvin lagi, tak henti hentinya Marvin mengumpat Alaska terus menerus.

Mengumpat Alaska, sepertinya membuat hatinya lebih baik.

Selesai mengumpati Alaska, Marvin langsung tidur dengan nyenyak. Bahkan Marvin melupakan kejadian saat dicafe.

Halooo!!!! Apa masih betah????
Semoga masih betah ya bacanya



Halooo!!!! Apa masih betah????Semoga masih betah ya bacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:)

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang