18

12.6K 623 3
                                    

Happy readingg

Sekarang Marvin berada ditempat yang ramai, namun dengan pengunjung yang terlihat sangat elegan.

Marvin menghampiri laki laki paruh baya, yang disampingnya sudah ada j4l4ng sialan itu.

"Mau bicara apa?" Suara Marvin benar benar terdengar dingin dan rendah.

Sang pria paruh baya itu mendongak kearah Marvin, memberikan smirk diwajahnya, mendekat kearah Marvin, lalu berbisik kearahnya.

"Akhirnya, kita ketemu lagi nak"

Marvin merolling matanya malas, dia benar benar sudah muak melihat pria paruh baya itu.

"Maksud ucapanmu apa, bapak tua?!"

Suara tamparan tepat mengenai pipi Marvin hingga merah. Marvin sedikit meringis, namun tetap ia tahan.

"MAKSUDMU MEMANGGILKU BAPAK TUA, APA MARVIN?!" Naik sudah pitam sang pria paruh baya itu yang dibuat oleh Marvin.

Marvin terkekeh, "bukannya benar, kau itu sudah tua?"

Suara tamparan terdengar sangat kencang, meninggalkan bekas yang benar benar terlihat menyakitkan.

Marvin tidak membalas, dia hanya terkekeh saja melihat wajah Sang papa.

"Udah tua, kok malah pengen dibilang muda. Lawak dek?"

Sekarang bukan tamparan lagi, tetapi sebuah pukulan yang tepat berada di pipi yang sudah ditampar.

Bertambah sudah sakit yang Marvin rasakan. Tapi, bukan Marvin namanya jika dia tidak perduli.

"Jaga omongan kamu, Marvin!"

"Saya tidak pernah mendidik kamu untuk menjadi kurang ajar!" Jari telunjuknya mengarah kearah Marvin.

"Ya iyalah, lu aja gak pernah ada waktu buat gua, Mama, dan Raja!" Mulut Marvin benar benar terlihat kurang ajar, Sang papa benar benar dibuat emosi oleh anak kurang ajar seperti Marvin.

1 pukulan, mendarat lagi di pipi Marvin. Tidak membuat Marvin merasa takut, tetapi hal ini semakin membuatnya membenci Sang papa.

"Gua kasih peringatan buat lu. Sampe lu mau ancem lagi Raja, gua gak akan segan segan bikin hidup lu... HANCUR" Marvin pergi meninggalkan Sang papa dengan j@l4ngnya.

Marvin sempat meringis dengan pukulan dari Sang papa, yang sangat tidak main main.

"Masa bodo lah" ucapnya dengan acuh.

Marvin melakukan motornya, pergi dari kawasan tersebut. Motor yang ia lakukan cukup sedang, dia hanya ingin berjalan jalan sambil merilekskan pikirannya.

Marvin tidak perduli dengan luka yang ada diwajahnya, namun dia hanya perduli dengan keselamatan Sang adik yang dia sayangi.

Setelah mamanya meninggal, hanya Raja yang Marvin punya.

Kilas balik kehidupan Marvin dimasa lalu/masa kecil.

Sejak kecil, lebih tepatnya diumur yang ke 10 tahun. Keluarga Marvin kecil yang awalnya begitu harmonis, mendadak menjadi tidak harmonis lagi.

Alasan dibalik itu semua, adalah karena ternyata Sang papa memang suka menyewa jalang jalang.

Mama Marvin tidak terima dengan perlakuan papa Marvin, hingga pertengkaran terus terjadi.

Kini yang awalnya hanya sembunyi sembunyi, sang papa semakin santai.

Tak jarang dia membawa masuk seorang jalang murahan itu kedalam rumah mewah itu.

Hati mama Marvin kecil sungguh sakit, melihat kelakuan papa Marvin yang begitu bejat.

Mama Marvin terus menerus ingin bercerai, namun papa Marvin menolak perceraian itu.

Jika mama Marvin melanggar, maka nyawa Marvin atau Raja yang akan menjadi taruhannya.

Memang sudah gila bapak tua satu ini.

Hingga pada umur Marvin yang ke 13 tahun, mama Marvin meninggal dunia akibat serangan jantung.

Mama Marvin yang selalu memberikan kasih sayang ke Marvin kecil dan Raja kecil, membuat Marvin kecil begitu tidak rela dengan kepergian Sang mama tercinta.

Setelah kejadian Sang mama meninggal dan Sang papa yang suka bermain dengan jalang, Marvin semakin menjadi anak yang sangat nakal.

Marvin tidak butuh uang, dia hanya butuh kasih sayang dari mamanya. Marvin tidak butuh kasih sayang Sang papa, hanya merindukan kasih sayang Sang mama.

Namun, Marvin akan munafik jika dia tidak merindukan kasih sayang Sang papa saat dia masih kecil.

Pikiran pikiran kecil itu, selalu Marvin tepis. Dia benar benar terlihat tidak sudi untuk merindukan sosok Sang ayah.

Flashback off.

Begitulah cerita masa kecil Marvin dan Raja.

"Raja, abang pulang!" Marvin mencari kemana adiknya di apartemen. Merasa tidak melihat tanda tanda adiknya, dia pun membuka benda pipih miliknya.

Maaf, panggilan yang ada tuju tidak dapat dihubungi

"Lah? Tumbenan, kemana tuh bocah?" Marvin mencoba menepis pikiran negatif, walaupun sebenarnya dia sedikit ovt.

"Coba lagi aja, dah"

Maaf, panggilan yang ada tuju tidak dapat dihubungi

"Njir, tuh bocah kemana sih?! Bikin gua khawatir aja" Marvin benar benar panik sekarang, adik satu satunya yang ia sayangi malah tidak bisa dihubungi.

Terimakasih ya, buat yang mau baca dan vote❤️❤️

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang