Marvin benar benar merenungi kejadian kemarin. Dia merasa bersalah, telah berkata seperti itu dengan Raja.
Bel sekolah telah berbunyi, Marvin yang masih merenungi perbuatannya, tetap terlihat murung.
Dia berjalan keluar dari kelasnya, mengabaikan panggilan Jex. Dia menuju kearah parkiran, lalu dia menjalankan motornya keluar dari kawasan sekolah.
Sesampainya di apartemen, Marvin berharap Raja berada didalam apartemennya. Namun, sekeras apapun Marvin mencoba mencari Raja, Raja tidak ditemukan disudut manapun.
"Raja, maafin abang, Raja. Abang merasa bersalah, udah bicara begitu ke Raja. Maafin abang, Raja" isak tangis Marvin terdengar, Marvin benar benar merasa bersalah dengan Raja.
Marvin mencoba menelfon Raja, namun tidak ada jawaban dari Raja. Marvin mengganti pakaiannya, lalu berganti menjadi pakaian yang lebih simple.
Marvin mulai melangkahkan kakinya keluar dari apartemennya, lalu menuju parkiran. Lalu dia melanjukan motornya, membelah jalanan. Dan sesekali menoleh ke arah kiri dan kanan, untuk mencari keberadaan Sang adik.
"Raja, kamu dimana? Abang kangen sama kamu" nada bicara Marvin menjadi lirih, dia benar benar menahan tangisnya.
•
3 hari telah berlalu dari kepergian Raja, Marvin benar benar sedih dengan kepergian Raja.
Marvin menjadi susah makan, tidak ceria lagi, dan lebih banyak menangis. Dia benar benar menyesal, telah mengatakan seperti itu.
Pesan pesan ancaman dia abaikan, dia hanya membaca. Tidak ada rasa takut didalam diri Marvin. Jika memang waktunya mati, ya, dia pasti akan mati.
Mau mati atau tidak, dia tidak akan perduli.
Ditengah rasa rindunya Marvin dengan Raja, sebuah panggilan telfon yang mengganggu Marvin. Terpaksa Marvin angkat dan Marvin ladenin.
"Hm?"
"..."
"Y"
Marvin menutup panggilan telfon tak berguna itu, hanya suara laki laki yang mengancam.
"Bla-bla-bla, i really don't care. Mau lu bunuh gua, ancem gua, bodo amat!" Ucap Marvin dengan kencang.
Marvin yakin, pasti ada orang yang memata-matai Marvin. Hanya saja, dia tidak tau keberadaan mereka.
Baiklah, Marvin akan diam diam menuntaskan masalah yang terjadi dihidupnya, biar happy ending.
~>')~~~
"Kasian ya, Marvin. Raja dimana ya?" Tanya Jex ke Reksa.
Reksa mengusap pucuk kepala Jex, "Tenang aja, dia ada ditempat yang aman" Jex mengangguk, tanda ia mengerti.
•
Alaska ingin sekali menemui Marvin, namun dia selalu dihalangi oleh Aksa.
"Pah, aku mau bertemu dengan orang yang aku cintai!"
"Cih, daripada kamu gay. Lebih baik, kamu menikah atau bertunangan dengan Ellora!" Balas Aksa.
"Pah, aku sama Ellora tidak saling cinta. Aku sudah mempunyai orang yang aku cintai, pah!"
"Sudahlah! Apa susahnya menerima Ellora!"
"Terserah! Satu lagi, aku bukan seorang gay. Namun, pengecualian untuk orang yang aku cintai!" Tegas Alaska.
Alaska meninggalkan Aksa sendirian, dia terpaksa harus kembali kedalam kamarnya. Karena bagaimanapun, Aksa tidak akan mau Alaska menemui Marvin.
"Huft, mau sampai kapan aku seperti ini?" Tanya Alaska pada dirinya sendiri.
Alaska mencoba memberi pesan ke Marvin.
Mine ♡
Syng, kamu msih sedih?|
14. 05Alaska menutup ponselnya, lalu memejamkan matanya. Suara notifikasi terdengar, dengan cepat Alaska mengambil ponselnya itu.
Ia mengira, Marvin yang membalas pesannya. Ternyata, Ellora yang memberi pesan kepadanya.
Ellora
|Anjing, lu bikin apaan sama Marvin?!
Gua gk bkin apaan ya, su!|
|Masa? Dia kek sadboy gitu
Dia lgi nyari adknya|
|Marvin punya adek?!
Hm|
|Oohh, kenapa gak lu cari, babi?!
Gk dibolehin sm papa|
Lu kn, ank kesayangan papa, ijinin dong|
|Hm, boleh dah. Lagian juga, gak tega
gua liat Marvin sedih terus.Thanks|
|Yoi, jangan lupa sama rencananya.
Tenang aja|
[Read]"Semoga aja, Ellora berhasil bujuk. Sehingga, gua bisa ketemu sama Marvin"
"Eh bentar, kok Ellora bisa tau Marvin lagi sedih?"
Alaska mengambil ponselnya lagi, lalu mencoba menghubungi Ellora.
"Apaan sih, anjing?!"
"Selow lah, woy! Gua cuman pengen nanya"
"Apaan?!"
"Lu kok bisa tau, Marvin lagi sedih?"
"Oohh, dia lagi ditaman. Gua kan lagi jalan sama Galen, terus gak sengaja liat dia kek murung terus"
"Oohh, dimana?"
"Tamannya."
"Hm"
"Ooh, tuh di taman kota"
"Oke, thanks"
Panggilan dia matikan, dia bersiap siap untuk menemui Marvin ditaman kota.
15 menit kemudian, Alaska keluar dari kamarnya. Dia bertemu dengan Ellora, dan Ellora berhasil membujuk Aksa, sehingga Alaska bisa keluar dari rumahnya.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
Alaska melihat sekeliling taman, dia berjalan beberapa langkah. Dan terlihat, laki laki yang tampan dan cantik a.k.a Marvin, sedang menunduk dengan sedih.
"Sayang" panggil Alaska.
Marvin tidak mendongak, dia tetap terus menunduk dengan sedih.
Hati Alaska benar benar sakit, dia tidak tega melihat Marvin seperti ini.
Alaska pun memeluk Marvin, tidak ada balasan, namun hanya tangisan. Dada Alaska benar benar basah, karena tangisannya.
"Gua gagal, Aka. Gua gagal, gua bodoh" isak tangis Marvin benar benar membuat hati Alaska menjadi sangat sakit.
"Engga, kamu gak gagal. Kamu juga bukan orang yang bodoh. Nanti kita cari bersama, ya?" Ucap Alaska yang dibalas anggukan Marvin.
Alaska menatap Marvin dengan dalam, dia pun menyatukan benda kenyal dan kecil miliknya dengan benda kenyal dan kecil milik Marvin.
Tidak hanya mencium, namun Alaska sedikit melumat bibir Marvin. Suara leguhan terdengar. Tak lama, Marvin melepas tautan mereka.
"Jangan sedih lagi, sayang. Nanti kalo kamu sedih, Raja juga ikut sedih" hibur Alaska.
"Senyumnya, perlihatkan dong" pinta Alaska. Marvin mencoba senyum, hatinya mulai melega. Bersyukur sekali, Marvin memiliki Alaska.
Terimakasih ya, yang udah mau vote, komen, follow, dan yang udah mau baca juga. Sayang banyak banyak💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA
Ficção AdolescenteAlaska seorang OSIS yang harus berhadapan dengan geng berandalan disekolahnya. Disuatu kesempatan, ia akan merubah ketua geng berandalan itu. Suatu taruhan, ya taruhan. Tapi taruhan apa? Entah, baca aja oke??? "Kau nakal sekali" "Ck! Lo lagi!" "Aku...