Happy readingg!!!
Suara langkah kaki laki laki, membuat atensi para gadis mengarah pada Marvin. Laki laki itu berjalan dengan pdnya.
Saat sedang berjalan, bisik bisik para gadis mulai terdengar lagi. Mengingatkan dia pada kejadian yang waktu itu.
Ah, benar benar bikin kesal! Yang waktu itu saja belum terpecahkan, sekarang malah nambah yang baru.
Mood Marvin benar benar jelek sekarang, karena bisikan para gadis. Namun, Marvin mencoba tetap bodo amat.
Sampai ada 1 gadis yang menghalangi jalannya.
"Minggir" gadis itu menatap takut Marvin, namun dia tetap mencoba memberanikan diri.
Bibirnya bergetar, lidahnya ngilu, kata kata yang akan dilontarkan seakan tersangkut. Mata sang gadis benar benar tersirat ingin tau, namun ada ketakutan yang lebih mendominasi.
"Lu, kalo masih mau halangin jalan gua. Jangan salahin gua, kalo gua dorong lu" Marvin benar benar kesal sekarang.
"I-itu, kak-" ucapan gadis itu seakan tak sanggup itu melanjutkan apa yang diucapkan.
"Lu mau ngomong apaan sih, anjing?!" Ketus Marvin.
"Kakak, anak dari seorang lonte?" Pertanyaan tak sopan yang keluar dari mulut gadis itu, mampu membuat suara pukulan dinding.
Ya, Marvin langsung memukul tembok yang ada disampingnya. Sontak gadis yang bertanya dan gadis yang sedang berjalan, menatap Marvin dengan takut.
"Maksud lu apaan, bilang nyokab gua seorang lonte?!!" Gadis itu semakin ketakutan sekarang, dia tidak berani berkata apapun lagi.
"B-bukan, aku hanya bertanya k-kak!" Gadis itu menundukkan kepalanya ketakutan. Gadis itu terus berdoa agar nyawanya masih selamat.
Sekarang dia menyesal telau bertanya hal yang bodoh seperti itu.
"Pertanyaan lu, sangat gak berfaedah. Gua jelasin lagi sama lu, nyokab gua bukan lonte. Yang berarti, gua. Bukan. Anak. Dari. Seorang. Lonte. Paham?" Marvin terus menjeda kalimat 'gua bukan anak dari seorang lonte' dan memberikan penekanan pada bagian kalimat tersebut.
Marvin pergi dari situ, meninggalkan sang gadis yang berdiri sambil ketakutan. Sampailah dia dikelasnya.
Banyak tatapan teman teman sekelasnya yang melihat dia, seperti tatapan gadis yang ia temui sejak menginjakkan kakinya dikawasan sekolah.
"Napa, kalian natap gua kayak begitu?!" Marvin mencoba menahan emosinya sekarang.
"Vin, Vin. Gua tau lu emosi, tapi coba tahan Vin" Reksa cukup panik sekarang, dia mencoba menenangkan Marvin yang sekarang tangannya sudah mengepal.
Jex dan Reksa membawa Marvin kearah rooftop,agar Marvin tidak bertemu dengan teman teman sekolah mereka. Sehingga emosi Marvin dapat sedikit mereda.
"Mereka kenapa sih?! Bajingan" ucap Marvin kesal.
"Keknya lagi kesebar rumor, deh" ucap Jex. Marvin menatap Jex bingung.
"Tadi pagi, gua gak sengaja denger bisik bisik anak gadis. Terus mereka bilang begini 'katanya, Marvin anak dari seorang lonte' ya kurang lebih begitu, yang gua denger" tangan Marvin semakin mengepal, emosinya semakin menggebu-gebu.
"Sialan! Siapa yang berani bikin rumor rendahan kayak begitu, bangsat?!"
"Vin, Vin. Tenang, Vin. Gua sama Reksa, bakal bantu cari orang yang udah bikin rumor gak jelas itu. Lu tenang aja, gua tau nyokab lu bukan lonte" Reksa mengangguk setuju.
Marvin benar benar sudah tidak bisa berpikir lagi, bagaimana bisa mamanya direndahkan dengan mengatakan dia seorang lonte.
Marvin juga bersyukur, memiliki dua teman yang mau menerima dia apa adanya. Mau berteman dengan dia, disaat susah maupun senang.
Ditempat lain.
"Hahaha ... ini baru permulaan, Marvin. Masih ada kejutan lainnya yang menunggumu"
~>')~~~
"Aska~ kok kamu masih gak mau sih, sama aku. Aku kurang apa, coba? Aku kurang cantik? Kurang imut? Kurang menarik? Kurang hot? Kurang memuaskan?" Alaska menarik napas kesal, baginya, katak sok cantik ini hanyalah hama pengganggu saja.
"Aska, mah ... Aku dicuekin terus, ihh"
Tak lama, suara gebrakan meja mampu membuat katak sok cantik itu terdiam. Alaska sudah pusing sekarang, ditambah lagi dengan katak sok cantik itu.
"Diam, bisa?" Katak sok cantik itu mengangguk setuju dengan takut.
Alaska sedang berpikir, siapa dalang dibalik penyebaran rumor Marvin. Ya, rumor Marvin tentu sudah terdengar sampai telinga Alaska.
Tentu saja, Alaska kesal dengan rumor tak benar itu.
"Bajingan" gumam Alaska.
Alaska beranjak dari kursinya, lalu pergi keluar meninggalkan katak sok cantik itu sendirian.
Alaska melangkahkan kakinya kearah rooftop, karena Jex mengatakan jika Marvin berada dirooftop.
Alaska melihat, jika Marvin sedang meringkuk dipojok. Alaska mulai mendekati, lalu memberikan sebuah pelukan hangat untuk Marvin.
Alaska mengelus punggung Marvin, dan sesekali mengecup pucuk kepala Marvin.
"Sudah, jangan sedih. Saya tau, kamu sedih karena rumor tak berfaedah itu. Nanti, saya akan cari pelakunya" Marvin hanya menganggukkan kepalanya saja, tanpa mendongak.
Makasih ya, yang udah mau vote, follow, dan yang udah mau baca juga. Terimakasih banyakkk❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA
Teen FictionAlaska seorang OSIS yang harus berhadapan dengan geng berandalan disekolahnya. Disuatu kesempatan, ia akan merubah ketua geng berandalan itu. Suatu taruhan, ya taruhan. Tapi taruhan apa? Entah, baca aja oke??? "Kau nakal sekali" "Ck! Lo lagi!" "Aku...