27

11.3K 568 22
                                    

Happy reading!!!

"Maafin grandpa, karena tidak becus jagain cucu-cucu grandpa" ucapnya dengan sendu.

Raja menggelengkan kepalanya, "tidak, grandpa sudah baik dalam menjaga kamu. Buktinya, grandpa merawat bang Marvin"

Sang kakek menunduk lesu, terdengar seperti hiburan. Namun, tetap menyayat hatinya.

"Grandpa jangan sedih, ya. Grandpa, sudah menjadi orang yang baik! Sangat baik dalam menjaga kami" Raja menghibur Sang kakek kembali, Raja menampilkan senyuman manisnya pada wajahnya.

Sang kakek tersenyum simpul, lalu mengangguk. Kini hatinya sudah menghangat kembali, berkat Raja yang pandai dalam menghiburnya.

"Raja, sekarang Raja istirahat ya." Raja mengangguk, lalu memberikan lambaian tangan untuk Deon, Jex, dan Reksa.

"Shaka, antar mereka bertiga ke kamar tamu" Shaka, sang kaki tangan Grandpa Marvin dan Jex mengangguk sebagai jawaban.

Alaska masih tetap dikamar Marvin, tetap memegang tangannya, dan tetap pada posisinya.

Sudah cukup lama Marvin pingsan. Oh, kapan Marvin akan bangun? Kasian Alaska.

"Mau sampai kapan kamu tidur terus? Kamu tidak merindukanku, sayang?" Alaska mengecup singkat kening Marvin, Alaska melihat Marvin dengan penuh kasih sayang.

Lama kelamaan kantuk melanda Alaska, mata Alaska mulai terpejam untuk menuntaskan ritual kantuknya (paan sih :) gitulah pokoknya)

Tangan Alaska tetap memegang tangan Alaska, Alaska menggenggam tangan Marvin dengan erat. Seperti tidak ingin dijauhkan.

Mata Marvin mulai terbuka secara perlahan,  dia melihat tangan Alaska menggenggam tangan miliknya.

Marvin mencoba melepaskan genggamannya, namun Alaska malah semakin mempererat genggamannya.

Oh ayolah, biarkan tangannya bebas sebentar.

"Ka, Aka. Bangun, lepasin genggaman tangan lu, anjir" mohonnya.

Alaska tidak bergerak, matanya masih tetap terpejam. Sepertinya Alaska begitu kelelahan, hingga dia dia bangun.

Marvin mencoba mengerti, dengan susah payah, mencoba tidur kembali.

(⁠ᵔ⁠ᴥ⁠ᵔ⁠)

Pagi telah tiba, Marvin membuka matanya dan dia melihat jika tangannya masih digenggam Alaska.

Marvin menghela nafas kasar, dia mencoba membangunkan Alaska. Walaupun dia sendiri tidak tega, harus membangunkannya.

"Aka, bangun. Tolong lepasin genggamnya, pegel tangan gua" mohonnya sekali lagi.

Setelah berkali kali mencoba, Alaska membuka matanya. Alaska menatap Marvin senang, Sang pujaan hati sudah sadar.

Tak lama, Alaska langsung mencium bibir Marvin dan sedikit melumatnya. Setelah itu, dia melepaskan tautan mereka.

"Hah ..... Sialan lu, Alaska!" Umpat Marvin, yang diumpatin hanya tertawa kecil saja.

"Aka, gua haus" Alaska mengangguk mengerti, dia pun langsung mengambil air mineral yang tak jauh darinya. Hanya diatas nakas saja, yang sangat dekat dengan mereka.

Alaska membuka tutup botol air mineral itu, lalu dia berikan ke Marvin dan disambut baik oleh Marvin.

Air yang Marvin minum sisa setengah, sepertinya bayi besar Alaska ini sangat kehausan.

Alaska terkekeh, "Sepertinya kamu sungguh kehausan."

"Hehehe" Marvin hanya cengengesan saja.

Tunggu, Marvin baru teringat sesuatu. Ya! Dia seharusnya marah dengan Alaska, karena sudah menyuruhnya untuk pergi meninggalkan Alaska dan mengubur perasaannya.

Seketika, raut wajah dan nada bicara Marvin menjadi dingin. Alaska yang sempat tenang karena suasananya cair, harus merasa canggung karena perubahan sikap Marvin.

Alaska mencoba mengerti dan mencoba bertanya, "Kenapa nada bicara sama raut wajah kamu menjadi seperti itu?"

"Pergi, deh. Temuin aja tunangan, lu" ucap Marvin dengan nada yang dibuat sedingin mungkin dan raut wajah sedatar mungkin.

Oh, tidak bisa! Ini terlalu lucu bagi Alaska! Selamatkan Alaska! Dia tidak kuat, menahan rasa lucunya.

Tangan Alaska langsung mencubit pipi gembul Marvin. Seketika, tangannya langsung ditepis oleh Marvin.

"Saya akan melakukan apapun, agar kita tidak saling tunangan" Marvin menanggapi dengan rolling eyesnya malas.

"Hm, i don't care." Alaska menatap Marvin intens. Wajahnya ia majukan, hidung mereka saling bersentuhan, kening mereka saling bersentuhan.

Lalu benda kecil dan kenyal milik Alaska, dia satukan dengan benda kecil dan kenyal milik Marvin.

Karena tidak ada balasan, Alaska menggigit bibir bawah Marvin, hingga terdengar sebuah ringisan yang membuat mulut Marvin terbuka.

Tentu kesempatan itu, tidak ia sia-siakan. Lidah Alaska masuk kedalam mulut Marvin dan mengabsen tiap gigi milik Marvin.

(Mbohlah, gak pinter aku bikin adegan beginian :) maap yaa😔)

Adegan kis-kisan dan lumat lumatan udah selesai. Sekarang adegan serius, Alaska benar benar menatap Marvin dengan penuh tekad.

"Saya mencintai kamu, saya mau menikah dengan orang yang saya cintai." Marvin diam, dia tidak bisa membalas perkataan Alaska.

"Terus, kenapa lu suruh gua buat kubur perasaan gua?" Tanyanya kepada Alaska. Alaska menunduk, lalu mendongak dan menatap Marvin sendu.

"Saya merasa tidak punya harapan saat itu, saya mau berjuang-" ucapan Alaska terpotong, karena Marvin menyela perkataannya.

"Ck, berjuang kata lu? Gitu aja udah nyuruh gua buat ngubur perasaan gua, tapi sok sok-an mau berjuang. Bullshit!" Marvin melangkahkan kakinya pergi dari kamarnya, meninggalkan Alaska sendirian yang masih termenung dengan segala perbuatannya.

Dia mempunyai tugas sekarang, dia harus membuat Marvin mau menerimanya kembali dan mereka kembali bersama.

Sekarang, Alaska dan Ellora mempunyai tujuan yang sama dan sama sama ingin merdeka dari belenggu para orang tua mereka.

Mereka mau memperjuangkan cinta mereka, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Alaska mencintai Marvin, Ellora mencintai Galen.

Halooo, maap ya gak konsisten upload nya. Kadang mau upload cepet, tapi otak belum bisa mikir alur selanjutnya.

Jujur aja, tiap konflik, tiap alur. Aku selalu buat spontan, jadi maafkan aku semua.

Jika kadang alurnya rada gak nyambung 😔.

Makasih ya, buat yang udah mau follow, komen, vote, dan udah yang mau baca. Lope lope buat kalian💗💗💗💗

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang