Alaska seorang OSIS yang harus berhadapan dengan geng berandalan disekolahnya.
Disuatu kesempatan, ia akan merubah ketua geng berandalan itu.
Suatu taruhan, ya taruhan. Tapi taruhan apa?
Entah, baca aja oke???
"Kau nakal sekali"
"Ck! Lo lagi!"
"Aku...
Haloooo!!!!! Semoga masih betah ya bacanyaa Happy reading!!!!!
Sekarang Marvin, Reksa, dan Jex sudah berada di apartemen Marvin.
Marvin dan Jex sedang bermain game, sedangkan Reksa sedang tidur.
"Ah sialan! Pake kalah lagi, ck!"
"Hahahaha, kasian lu" tawa Jex saat melihat Marvin yang sedang kesal.
"Bacot!"
Reksa yang sedang tertidur, langsung terbangun karena mendengar suara berisik dari 2 temannya. "BISA GAK SIH KALIAN DIEM?! GANGGU GUA TIDUR ANJIR!!"
Mendengar teriakan dari Reksa. Marvin dan Jex yang sedang adu bacot langsung diem.
Tidak ada yang berani menjawab jika Reksa sudah marah. Jika Reksa sudah marah, beuhhh... Ngeri cuyyyy. Tapi lebih ngeri Alaska. Tatapannya yang tajam, bicaranya yang irit, dan wajahnya yang datar itu.
Reksa dan Alaska, sedikit mirip. Hanya sedikit! Kemiripannya dibagian bicara.
Alaska dan Reksa sama sama irit bicara. Tapi, lebih irit Alaska. Iritttt banget, kayak pelit kata!
Kalo Reksa, masih boleh lah ya. Walaupun irit juga, tapi dia akan irit kalo sama orang lain. Selain Marvin dan Jex.
~~~
Seperti biasa, mereka bertiga terlambat lagi.
Tidak tidak, bukan mereka bertiga. Namun hanya Marvin saja!
Dimana Jex dan Reksa? Kenapa mereka tidak terlambat?
Jex dan Reksa memang terlambat, tapi itu hampir terlambat. Jex dan Reksa masuk saat bel akan berbunyi. Sedangkan Marvin, saat bel berbunyi pun dia belum datang.
Seperti biasa, Marvin akan mengendap endap untuk memastikan jika tidak ada guru ataupun anggota osis.
Ia sudah masuk kedalam area sekolah, sekarang ia berada dilorong sekolah.
Ia terus mengendap endap dan melihat sekilingnya untuk terus memastikan bahwa ia akan aman.
Saat akan melangkah, ada suara yang begitu dingin dan menusuk.
"Maling."
Sontak, suara yang berkata maling itu membuat Marvin menoleh kearah belakang.
Ia menatap dengan jelas, bahwa disitu ada Alaska.
Ia sedang menatap Marvin dengan tatapan dingin.
"Maksud lu bilang gua maling apaan asem?!"
"MARVIINNNNN!!!!!!!!!"
Suara teriakan yang sangat kencang, membuat Marvin menoleh ke arah yang lain.
Terlihat jelas, jika disitu ada laki laki berkepala botak, sekitar umur 50 tahunan.
Pak Satya, guru yang paling Marvin hindari. Karena guru itu sangat cerewet.
"TIDAK ADA HABIS HABISNYA KAMU TERLAMBAT TERUS YA!!"
"Brisik!" Jawab Marvin, tanpa takut sedikit pun.
"Alaska, tolong kamu hukum bocah nakal ini ya." Jengah pak Satya.
"Ya pak" Tak lama, Alaska langsung menarik tangan Marvin ke ruang osis.
~~~
"Ck! Lepasin!"
"Lo mau hukum gua apa lagi?!"
Alaska tak menjawab pertanyaan Marvin. Seakan tuli, Marvin benar benar kesal dengan Alaska.
Umpatan demi umpatan Marvin keluarkan didalam batinnya. Bagaimana tidak, Alaska hanya diam dan menatapnya dengan wajar datarnya itu.
"Lu bisu apa gimana sih?!" umpatnya yang sudah benar benar kesal dengan Alaska.
"Buang buang waktu aja lu!" Marvin hendak keluar dari ruang osis, namun tangannya dicekal sama Alaska.
"Apaan lagi sih?!"
Alaska menatap tajam Marvin, tangannya masih terus mencekal Marvin agar dia tidak kabur. "duduk." perintahnya.
"Ck!" Berdecak kesal.
"Kamu mau tau hukumanmu?" Tanyanya kepada Marvin.
"Apa?"
"Besok kamu dilarang untuk datang terlambat"
"Anjing!!!!!" Marvin sangat terkejut, saat tau hukumannya seperti itu.
"Gak mau!" Tolak Marvin mentah mentah.
Marvin tanpa terlambat seperti bukan Marvin. Marvin tanpa terlambat juga seperti dia kehilangan sebelah jiwanya.
Marvin dan terlambat, sudah seperti sepasang kekasih yang tidak bisa terpisahkan.
"Itu hal yang mudah, atau kamu mau saya kasih yang lebih berat?"
Marvin terdiam, dia merenungkan kalimat terakhir Alaska. 'kau mau saya kasih yang lebih berat?' perkataan itu terus berputar didalam otaknya.
Tentu Marvin tidak mau jika ia harus mendapatkan hukuman yang lebih berat.
Dengan terpaksa, Marvin menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia menyetujui, jika ia akan datang kesekolah saat bel belum berbunyi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tetep putus asa, jangan semangat ya!!
Semoga masih nyambung sama alurnya😭😭 Maaf banget, masih pemula untuk menulis wattpad.
Nanti aku belajar lebih banyak lagi, agar bisa mengembangkan kemampuanku lagi.