3 - Peduli?

337 21 0
                                    

Warning: Semua ucapan, tindakan atau apapun yang tidak senonoh disini tidak untuk ditiru. Harap bijak dalam membaca!

*

"Lepas!"

Satu kata itu harusnya sudah menggambarkan seluruh isi hati Raksa. Harusnya. Namun, ternyata cewek yang memapahnya ini sama sekali tidak tau, atau pura-pura tidak tau.

"Gue bilang lepas, Nara!" Ucap Raksa pelan dan sedikit lemas. Tapi tidak menutupi sarat marah dan tidak sukanya.

"Lo abis digebukin!" Ucap Nara singkat.

"...sekarang lo pacar gue, jadi gue bakal peduli sama lo!" Lanjutnya.

Sial. Raksa cukup muak dengan kelakuan cewek satu ini. Pacar? Ia bahkan tidak pernah menerima deklarasi itu.

Ia juga masih tidak terima ketika first kiss-nya diambil sama orang gila satu ini. Dengan sembrono, tanpa izin. Raksa akan ingat dan menjadikan itu sebagai pemicu kebenciannya.

"Lepas bitch!" Maki Raksa.

Nara tersenyum miring. Cukup terkejut karena ada yang berani memakinya, cowok pula. Ia rasa, mainan kali ini akan berbeda dari yang lain.

Dengan lancang, tangan Nara mengusap lembut rahang Raksa.

"Ngak akan sayang!" Bisik Nara tepat ditelinga Raksa.

Raksa mengepalkan tangannya. Ia tidak cukup tenaga untuk mendorong cewek gila ini. Nara bukanlah cewek lemah dan satu sekolah tau itu.

Dia bukanlah cewek yang mudah dihadapi.

Dia keras kepala.

Nara menendang pintu kelas dengan kuat. Kelasnya kosong. Cewek itu memapah Raksa dan mendudukkannya di kursi terdekat.

Raksa menyentuh perutnya yang nyeri. Namun, ia tidak mengatakan apapun.

"Nih tuan ratu pesanannya! Silahkan dinikmati!" Ucap Vera yang baru saja datang bersama Saski. Cewek classy itu menyerahkan kotak p3k ke Nara.

"Oke! Sana keluar!"

"Buset! Dikasih hati minta jantung ni orgil!" Dumel Vera.

"Kayak ngak tau aja watak si tuan ratu lo!" Ucap Saski santai.

Matanya menatap Raksa. Meneliti dari atas sampai bawah. Lalu ia tersenyum miring. Sepertinya Nara sedang bosan.

"Jadi ini cupu-nya?" Tanya Vera sambil bersedekap dada.

Vera memperhatikan Raksa dengan angkuh. Ia mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk.

"Ngak buruk amat rupanya!"

Raksa tidak peduli. Penilaian mereka ngak akan berarti apa-apa baginya. Ia sudah cukup sering mengalami hal konyol seperti itu.

Nara memutar mata malas. Dua temannya ini memang pengganggu.

"Keluar sekarang! Gue mau pacaran!"

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang