28 - Target

136 19 2
                                    

Warning: Semua tindakan atau ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Raksa memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Rasa pusing di kepala terus saja mengusiknya sejak beberapa saat lalu. Yakin sekali kalau ia pasti akan segera demam.

Dengan cepat Raksa keluar dari kelas. Ia akan meminta cuti kerja untuk hari ini.

"Sayang!"

Ck, astagfirullah!

Kepala Raksa semakin terasa sakit akibat munculnya manusia gila satu ini. Nara dan segala kelakuannya. Semua itu sukses menambah beban hidupnya.

Nara menyuguhkan senyum terbaiknya, membuat beberapa murid yang melihat itu menatapnya terpesona. Namun, tentu bukan Nara jika ia peduli dengan orang-orang tidak penting seperti mereka.

Raksa berusaha mengabaikannya. Ia tidak ingin berdebat hari ini. Ia ingin segera membanting tubuhnya ke kasur.

"Sayang, kamu mau pulang, ya?" Tanya Nara lembut.

Jujur, Nara merasa geli dengan nada bicaranya. Sekarang ia mengerti, kenapa banyak orang jadi gila karena rasa cinta. Karena saat ini, sepertinya Nara mengalaminya.

Ia yakin kalau sekarang ia mencintai Raksa.

Di lain sisi, Raksa mulai merasa janggal. Sejak tadi siang si Nara sudah seperti orang yang berbeda. Sangat berbeda sampai-sampai Raksa tercengang.

"Kamu kok masih cuek aja, sih?!" Keluh Nara dengan wajah yang dibuat seimut mungkin.

Raksa diam-diam menarik napas. Frustasi juga menghadapi Nara yang sekarang. Bodoh sekali ia sampai tercengang tadi siang, padahal yang dulu maupun yang sekarang Nara tetaplah menyebalkan dan merepotkan.

"Diam! Gue sakit kepala," tegur Raksa pada akhirnya. Kepalanya terasa semakin sakit dan badannya mulai terasa aneh.

Nara melotot heboh. Dengan sigap cewek itu menyentuh kening Raksa. "YA ALLAH! LO DEMAM?!"

Memang sialan!, maki Raksa dalam hati.

Sedikit murid yang masih ada di sekitar mereka kini menatap mereka dengan penuh kekepoan. Bikin Raksa kesal setengah mati. Ia benci dengan tatapan seperti itu. Mengusik saja.

Raksa menepis tangan Nara. Ia melirik Nara dengan tajam. Lalu kakinya secepat kilat pergi meninggalkan manusia itu. Yakin seribu persen kalau berurusan dengan Nara tidak akan ada hentinya.

Raksa malas berdebat!

"Ih cupu! Serius dah, lo sakit? Kok bisa woy?!!" Heboh Nara.

Aneh memang pertanyaannya. Namun, tentu Raksa tidak akan heran. Karena yang bertanya adalah Nara. Manusia gila dan tidak tau malu.

Nara menarik-narik lengan baju Raksa seperti anak kecil. Ia juga terus mengekor di belakang Raksa. "Cupu oy cupu! Lo pulang sama gue aja, ya?! Serius nih gue ngak bakal apa-apain lo kok!"

"Diam!" Geram Raksa. Omongan Nara makin lama makin ngelantur.

"Iya gue diam, tapi lo ikut gue! Pokoknya ikut!" Ucap Nara seperti merengek. Entah kemana aura badasnya, yang jelas sekarang Nara benar-benar terlihat menggemaskan dimata orang-orang. Tentu saja tidak bagi Raksa.

"Gue bisa pulang sendiri!"

"Tapi kan lo lagi sakit, cupu! Nanti kalau kenapa-napa kayak mana?!"

"Ngak akan!"

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang