19 - Kenapa?

186 15 0
                                    

Warning: semua ucapan atau tindakan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

80km/jam.

Nara tau jalan yang sedang dia tempuh adalah jalan umum. Makanya ia hanya melajukan motor kesayangannya dengan angka kisaran delapan puluh, tidak lebih.

"Yoo... What's up?" sapa Vera yang sudah stay bersama Saski di depan cafe. Mereka sama-sama menunggangi motor kesayangan mereka masing-masing.

"Bad!" jawab Nara dingin.

"Kenapa nih?! Orang rumah lo lagi cosplay jadi syaitonnirrajim?!" kekeh Vera.

Nara melirik Vera malas. "Peka juga lo!" ia tidak bisa membendung rasa marahnya.

Vera menepuk pundak Nara, "Mau gue bantu cari jasa santet?"

Nara menatap Vera datar. Kemudian ia memberikan senyum manisnya, "Boleh! Tapi untuk nyantet lo, ya?!"

"Bangsat!"

Saski menyimpan ponsel yang sedaritadi menyita perhatiannya. Ia turun dari motor, menghampiri dua temannya yang sibuk adu bacot.

Unfaedah, pikir Saski geleng-geleng kepala.

"Dah! Ngak usah ribut disini," ucap Saski. "Yok masuk! Haus gue!"

Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam cafe. Mengambil posisi duduk menghadap jalanan.

Vera langsung mengeluarkan sebatang Marlboro. Favorite. Cewek itu dengan santai membakar dan menghisapnya.

Saski dan Nara saling pandang, lalu mereka menghela napas. Tidak ada gunanya menyuruh cewek classy itu berhenti dan membuang rokoknya.

"Gue ngak sesering dulu," ucap Vera setelah menghembuskan asap rokok. Ia mengerti akan reaksi dua temannya itu.

Nara menyandarkan tubuhnya. "Karena gue lagi mode marah, gue ngak mau negur!"

"Gue sibuk," sambung Saski sambil bermain ponsel. Ia melirik ke Vera, "berusaha untuk berhenti!"

Vera tidak menjawab. Bukan karena tak ingin, melainkan karena tak yakin. Ia menatap sebatang rokok yang terselip manis di jarinya. Kemudian ia juga menghela napas, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

Ngak janji, batinnya.

"Lo daritadi ponsel mulu!" heran Nara. Tapi setelahnya ia senyum-senyum, "cowok yaa?!"

Saski seketika melotot. "Apaan!" Ponsel ditangannya secepat kilat dijatuhkan ke meja.

"Ehh... Kok panik?!" ledek Vera usil.

Sial, gerutu Saski dalam hati. "Ngak panik gue. Spontan doang dibilang cowok!"

Nara dan Vera saling melirik. Senyuman mengejek mereka tampilkan. Tidak bisa dielak, ini berita hot. Seorang cewek detail like Saski ternyata juga...

"Stop mikir yang aneh-aneh!" ancam Saski. Wajah dua teman bangsatnya ini sangatlah menyebalkan. Dan... Apa-apaan senyum mereka itu?! Huh!

"Dan lo..." Saski fokus menatap Nara, "keluarga lo ngapain tadi?"

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang