10 - Drama

250 17 0
                                    

Warning: Semua ucapan ataupun tindakan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Malam ini hujan turun dengan lebat. Akhir-akhir ini cuaca memang labil. Padahal tadi terang benderang, tapi tanpa diduga langit menangis deras.

"Nih, pake payung."

Mbak Wulan memberikan payung kepada para karyawan yang bertugas malam ini. Katanya semua itu disponsori oleh pak bos.

"Sa, nih payung," ucap mbak Wulan menyodorkan payung warna kuning.

Raksa meraih payung itu. Warnanya cukup ngejreng, tapi mau bagaimana lagi. Bersyukur dia masih mendapatkan payung gratis seperti ini.

Raksa menatap hujan yang jatuh dari balik pintu kaca. Tangannya segera membuka payung kuning itu.

"Lo mau balik sekarang?" tanya Ari yang malah duduk santai di kursi kecil. Seolah dia tidak ada niat untuk menerjang hujan dan beristirahat di rumah.

Raksa mengangguk. Payung kuning ditangannya sudah terbuka.

"Ngak mau nunggu bentar lagi Sa? Hujannya deras kali, ditambah berangin juga," ucap mbak Widia yang baru kembali masuk kerja setelah cuti sakit beberapa hari.

"Iya! Sekalian kita makan pop mie dulu sambil ngopi!" lanjut mbak Wulan sambil mengangkat kopi susu kalengannya.

"Ngak papa," jawab Raksa. "Saya duluan," lanjutnya yang kemudian menerobos hujan bersama si payung kuning.

"Tiati Sa!" teriak mbak Wulan yang masih bisa didengar Raksa.

Ucapan mbak Widia tidak salah. Hujannya sangat deras ditambah angin yang lumayan kencang. Baru beberapa langkah keluar dari alfamart saja jaket yang digunakan Raksa sudah basah.

"Hai, my boy!"

Raksa terperanjat saat sesuatu yang basah dan dingin menempel padanya. Tangan seseorang memeluk tangannya. Begitu dingin layaknya es.

Dia adalah Elnara. Ratu sekolah yang banyak mendatangkan masalah dalam hidupnya.

Seketika kaki Raksa berhenti melangkah.

"Lo..." Raksa menatap Nara tidak habis pikir. Buat apa seorang gadis keluar malam-malam di tengah hujan lebat yang diiringi angin kencang?

Raksa tau kalau Nara cewek nakal. Tapi bukannya dia tetap harus tau waktu kan?

Nara semakin merapatkan tubuhnya ke Raksa. Kepalanya disandarkan di pundak Raksa.

"Sayang baru pulang kerja, ya?" Tanyanya basa-basi.

"Lepas!" Sentak Raksa.

Nara terkekeh. Ia melepaskan pelukan yang jujur membuat dirinya geli sendiri. Selama bareng mainannya yang lain, ia sama sekali tidak seintim ini.

"Lo ngapain?" Tanya Raksa langsung.

Nara hanya menganggkat bahu acuh. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Yang ada gadis itu malah melirik sebuah cafe bergaya vintage yang unik dan cantik.

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang