Warning: Semua tindakan dan ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!
*
Gema bel istirahat langsung mengundang euforia berlebih bagi siswa-siswi Ranu Bangsa. Terlebih lagi anak-anak kelas XI IPS 1, kelas Raksa. Mereka begitu senang karena pelajaran matematika yang rata-rata tidak ada yang suka di kelas ini sudah berakhir.
Raksa menyandarkan tubuhnya ke tembok di sebelahnya. Beruntung ia duduk sendirian di pojok belakang, jadinya bisa leluasa.
Matanya memandang teman-teman sekelasnya yang berhamburan ke luar. Diantara mereka, tidak ada satupun orang yang dekat dengannya. Bukan sepenuhnya kemauan mereka, tapi pada dasarnya Raksa sendiri yang sedari awal menjauh dan mengasingkan diri.
Raksa adalah pribadi yang tertutup. Dan itu semakin meningkat sejak tiga tahun lalu, saat sang mama meninggal. Dia sama sekali tidak punya teman dekat sejak dulu.
Dulu, jujur bukan kemauan dia yang tidak ingin punya teman, tapi karena seseorang yang cukup menaruh benci padanya.
Raksa mengeluarkan roti dan air dari laci saat kelas sudah sepi. Ia membuka bungkus roti itu, tapi terhenti tatkala suara seseorang terdengar.
"Halo mainan!"
Astagfirullah, batin Raksa lelah. Rasanya sedaritadi pagi ada saja yang mengacaukan harinya. Jika tadi pagi Ilyon, maka siang ini si ratu drama.
Nara duduk di kursi kosong samping Raksa. Ia menyanggah kepalanya dengan tangan dan menghadap ke Raksa. Ada senyuman miring yang khusus ia berikan pada cowok cupu di depannya ini.
"Cupu, gue rindu," ucapnya.
Raksa menghela napas lelah. Ia tidak berselera makan lagi sekarang. Rasa lapar yang ia rasakan seketika buyar bersamaan rasa risih yang muncul. Memang ya, Nara itu handal sekali menebar terror untuknya.
"Cupu..." panggil Nara. Matanya menatap serius dan dalam. Seolah tatapan itu mampu menggambarkan apa yang dipikirkannya.
Sementara Raksa hanya diam, menanti kelanjutan ucapan yang ingin disampaikan manusia gila satu ini.
"Lo ada belajar ilmu bela diri apa?"
Hah?
Raksa melirik Nara sekilas. Ia bingung dengan ucapan cewek itu. Namun, disatu sisi ia mulai was-was. Takut jika Nara tau sesuatu tentangnya. Ia seolah lupa kalau Nara itu kembaran Bara. Dirinya memang tidak bisa memastikan apakah Bara tau sesuatu selain dia yang mampu bertahan dan kabur dari serangan Ilyon waktu itu.
"Lo itu sebenarnya siapa sih, cupu?!" gumam Nara meletakkan kepalanya diatas meja dengan posisi menyamping, menghadap Raksa.
Meski hanya gumaman, Raksa masih mampu mendengarnya. Ia sedikit terpaku dengan Nara.
Sebenarnya hari ini dia kenapa?
Raksa berdeham. "Udah dua bulan. Kapan lo mau berhenti ganggu gue?" tanya Raksa yang akhirnya membuka suara.
"Kenapa lo nanya?"
"Lo ngak pernah main sama mainan yang sama lebih dari seminggu," Raksa melirik Nara, "kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
Roman pour Adolescents"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...