Warning: Semua ucapan ataupun tindakan dalam cerita ini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!
*
Detak jantung keduanya menggebu.
Raksa dan Nara.
Mereka seolah larut dalam hangatnya pelukan masing-masing. Hingga seolah tidak ingin melepaskannya.
"Sa." Nara tidak ingin kehilangan Raksa. Persetan dengan omongannya dulu. Ia tidak peduli lagi dengan ejekan-ejekan dari dua teman bangsatnya itu.
Nara...butuh Raksa.
"Gue sayang sama Lo!"
Raksa tidak langsung membalas. Dia juga tidak bereaksi apapun. Raksa hanya diam, tanpa berkutik. Karena sepertinya, ia mulai menyadari perasaannya sendiri.
Ia...juga sayang sama Nara.
Ia jatuh cinta sama cewek gila ini.
So crazy. But, so impresive.
"Gue juga."
Nara...membeku.
Hah?
"Sepertinya...gue juga sayang sama Lo!"
Nara melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Raksa. Dalam dan penuh harapan. Sementara Raksa berusaha menghindarinya. Ia hanya...malu.
Yeah, shy.
Tiba-tiba, Nara langsung berhamburan kembali ke dalam pelukan Raksa. Kali ini lebih erat. Seolah-olah Nara tidak akan pernah melepaskan cowok dengan segudang rahasia yang tidak dapat ditebaknya itu.
"Makasih." Nara bergumam, "makasih karena udah balas perasaan gue!"
Raksa tidak mengeluarkan sepatah katapun. Jantungnya berdegup dengan kencang. Sangat kencang sampai-sampai ia merasa dadanya akan meledak. Ini terlalu tiba-tiba! Ia bahkan tidak pernah menduganya.
BRAK!
Gebrakan meja secara spontan membuat dua orang itu terkejut. Di depan mereka kini sudah berdiri Joni dengan segala bumbu kemarahannya. Dan di sebelah cowok itu ada Riki yang terlihat santai.
"Kalian ngapain? Tidak tau kalau ini perpustakaan?" Dan suara petugas yang marah terdengar.
Joni mengabaikan semua itu. Tangannya yang terkepal erat menunjuk wajah Raksa. "Keluar Lo sekarang!"
Nara menatap Joni dengan nyalang. Ia benci ketika ada yang berani mengusiknya. Sangat benci. Dan kini, Joni telah berani semakin lancang.
Untuk itu Nara bangkit dari duduknya, bersiap ingin menyerang Joni detik itu juga. Namun, pergelangan tangannya di pegang. Nara melihat ke arah Raksa yang juga melihat ke arahnya. Raksa tidak berbicara. Namun, Nara seolah paham apa yang cowok itu inginkan.
Kini Raksa yang bangun dari duduknya. Ia menatap Joni seperti biasa. Dingin dan datar. Tidak ada sama sekali raut takut di wajahnya.
Joni tersenyum remeh. Ia dengan kasar menarik kerah seragam Raksa. Melewati banyak orang dan menariknya ke kelas terbengkalai di ujung. Joni mendorong tubuh Raksa dengan kasar ke dinding. Lalu cowok itu melayangkan tinjunya ke wajah Raksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
أدب المراهقين"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...