Warning: Semua tindakan atau ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!
*
Nara membanting tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit kamar sesaat, sebelum...
"Gila! Gila! Gila! AKHHH GUE GILA!!"
Tangannya mengusak rambut dengan brutal. Percaya atau tidak, seorang Elnara saat ini merasa malu!
"Gue kok makin lama makin alay, sih?!" Kesalnya diikuti senyum malu-malu.
Otaknya kembali memutar memori bersama Raksa tadi. Semua kebersamaan mereka, semuanya benar-benar terasa indah.
Gila! Sekarang ia benar-benar jadi alay!
BRAK! BRAK!
"NARA, BUKA PINTUNYA!"
Secara perlahan, senyuman Nara memudar. Berganti dengan raut wajah dingin. Otaknya mulai memprediksi, apa yang akan dipermasalahkan kali ini?
Dengan langkah malas, Nara berjalan ke arah pintu kamar. Tangannya menggenggam gagang pintu. Dengan satu tarikan napas panjang, ia membukanya.
PLAK.
...dan inilah dia.
"Apa-apaan ini?"
Pria itu, yang tak lain adalah papa Nara, melempar sebuah tab ke wajah Nara. Benda keras itu langsung saja menampar wajah Nara dengan bagian ujungnya yang bisa dikatakan runcing melukai pipi Nara.
Tab itu jatuh dan retak. Namun, layarnya masih menyala. Menampilkan sebuah foto yang entah siapa yang mengambilnya. Foto saat Nara mencium Raksa untuk pertama kalinya.
Brengsek, umpat Nara dalam hati. Sepertinya ada yang berani main-main dengannya di sekolah.
"Kamu tuh bisanya bikin malu saja, ya! Memang ngak berguna! Hebat banget kamu ngelakuin hal-hal menjijikkan seperti itu di depan umum!" Suara papa yang dipadu dengan teriakan masih terus menusuk kuping Nara. Ia bisa melihat kilat marah itu dari mata papanya. Rahang pria itu mengeras.
"Kamu bener-bener keterlaluan!" Kali ini suara mama yang terdengar menahan geram.
"Pa, ma! Udah!" Dan alunan suara Bara yang berdiri diantara Nara dan kedua orang tuanya. Cowok itu berusaha menengahi.
Wow!
Gila! Entah sudah beberapa lama Nara tidak mengalami situasi seperti ini lagi.
"Bara, sayang! Kamu jangan disitu. Nanti kamu terluka!" Ucap mama penuh perhatian.
Bara berdecak. "Pa, ma! Tolong jangan dipermasalahin lagi. Lagian itu udah terjadi."
"Kamu jangan belain dia." Papa melunak, ketika ia menatap Bara. "Meski udah terjadi, anak satu ini tetap harus dimarahi. Bahkan kalau perlu dihukum karena sudah malu-maluin keluarga!"
Nara menyandarkan tubuhnya di pintu. Ia tidak ada niat untuk nimbrung saat ini. Menyaksikan drama keluarga didepannya tanpa berniat dihentikan, itulah yang dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
Teen Fiction"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...