Warning : Semua ucapan ataupun tindakan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!
*
Perpustakaan memang tujuan paling tepat bagi Raksa kalau dia ingin tempat yang tenang dan ngak berisik saat jam istirahat. Itu kenapa saat ini kakinya sudah menginjak lantai perpustakaan yang dingin.
Ia mengambil buku secara asal. Kemudian berjalan menuju meja paling pojok untuk tidur.
Namun, ada seseorang yang sudah mengambil tempat itu.
Nara?, batin Raksa.
Jujur, ia heran dengan kehadiran cewek itu disini. Tidur dengan wajah ditutupi buku yang terbalik. Kentara sekali bahwa buku itu tidak dibacanya.
Tapi meski heran, Raksa sama sekali tidak peduli. Ia jelas lebih memilih berbalik pergi meninggalkan perpustakaan daripada harus berurusan dengan cewek gila itu.
"Berhenti!"
Itu suara Nara. "Sini lo!" perintahnya.
Nara sendiri tidak benar-benar tidur. Ia hanya menutup mata sambil memikirkan apapun yang menyangkut percakapannya dengan Bara semalam. Apapun!
Raksa hanya meliriknya sekilas. Ia tidak berniat mengikuti perintah itu. Emangnya siapa cewek itu? Raksa tidak takut dengannya, hanya saja selama ini ia memutuskan untuk tidak berurusan atau mengusiknya karena tidak mau kehidupan sekolahnya hancur.
Ia tidak ingin menambah beban seperti Joni.
Raksa melangkahkan kakinya menjauh. Ia berniat menaruh kembali buku yang di pegangnya ini dan keluar dari perpustakaan.
"Ada apa antara lo dan Bara?"
Kaki Raksa seketika berhenti. Ia terdiam. Teringat kalau ini sudah beberapa hari sejak penawaran itu diajukan. Memang, sampai detik ini Ilyon tidak ada yang mengusiknya. Tapi, Bara yang dengan sesuka hati memberikannya waktu itu cukup membuat Raksa khawatir.
Nara menyanggah kepalanya dengan sebelah tangan. Matanya menatap punggung Raksa dalam. Menelisik sesuatu yang rasanya sulit untuk dilihat dari cowok itu.
Lama tidak mendapat balasan, Nara memutuskan menghampiri Raksa yang masih termenung dalam pikirannya.
"Kenapa?" ucapnya tepat berdiri di belakang Raksa, dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.
Raksa menarik napas. Ia bergerak untuk pergi. Tidak ia pedulikan pertanyaan Nara.
Namun, Nara menarik tangannya dan mendorong Raksa hingga terduduk di meja. Cewek itu langsung mengukung Raksa dengan meletakkan kedua tangannya di masing-masing meja sisi tubuh Raksa.
"Jawab pertanyaan gue!" perintah Nara tajam.
"Tanya sendiri sama kembaran lo!" balas Raksa dingin.
Nara dan segala kelakuannya. Cukup Raksa tau bagaimana buruknya itu.
Sialan, umpat Nara dalam hati. Kesabarannya sangat diuji. Jika saja kembaran brengseknya itu mau mengatakan dengan gamblang, maka ia tidak perlu repot melakukan hal ini. Harusnya cupu satu ini tau. Atau, dia malah pura-pura tidak tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
Teen Fiction"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...