17 - Luapan Hati

179 17 0
                                    

Warning: seluruh ucapan ataupun tindakan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

"MANG, BAKSO!"

"MANG! SAYA PESAN BAKSO, DIBUNGKUS!"

"SAYA PESAN MANG! SATU PORSI AJA DIBUNGKUS! SOALNYA MAU MAKAN SAMBIL SUAP-SUAPAN BARENG AYANG!"

Gaduhnya suasana siang menjelang sore ini menjadi backsounds dari dua orang yang menampilkan ekspresi berbeda. Satu yang santai dan angkuh, sementara yang satunya lagi marah dan mengumpat dalam hati.

Setan, bangsat, maki Raksa emosi.

"Menjijikkan!" gumam Raksa sambil mengelap bibirnya kasar.

Nara tidak marah. Ia malah terkekeh. Merasa lucu dengan tingkah laku Raksa. Memang ya, orang cupu tuh anti banget sama yang namanya ciuman.

But, it's okay. Karena Nara sendiri belum pernah melakukan itu dengan orang lain. Raksa lah yang pertama. Masih terbekas di kepalanya tentang hari pertama ia kembali ke sekolah setelah mendapat skor panjang. Entah apa yang ada dikepalanya saat itu, sampai ia berani mencium Raksa, di sekolah dan disaksikan banyak murid.

"Kamu marah, sayang?" tanya Nara manis.

Raksa rasanya ingin menonjok wajah Nara sekarang, saat ini juga. Ia benci cewek ini. Sangat amat benci. Lagi-lagi Nara bertindak sesukanya.

"Lo—" geram Raksa tidak mampu melanjutkan ucapannya.

Lagi-lagi Nara terkekeh. Entah ada apa dengannya hari ini. Rasanya semua respon dari Raksa itu lucu. Menggemaskan.

"Haduh... Romantisnya anak remaja zaman sekarang kalau pacaran yahh!" ucap mamang bakso yang datang mengantarkan pesanan mereka.

"Ngak pacaran!" sambar Raksa cepat. Wajahnya tampak datar, tapi perlu diketahui bahwa hatinya dipenuhi kekesalan dan juga malu.

"Ih sayang! Kok kamu malu-malu gitu, sih?! Pakek bohong segala."

Nara emang licik. Ada segudang ide di dalam kepalanya untuk menjalankan apa yang dia mau. Raksa sampai frustasi sendiri menghadapinya.

"Aduhhh... Si mas pacar pemalu ya mbak!" tutur si mamang yang membuat Raksa super duper kesal.

"Hahaha... Iya mang! Emang gitu anaknya!"

Nara bangsat, maki Raksa dalam hati.

Setelah menggosipi Raksa, mamang kembali untuk bekerja. Nara langsung saja menyemburkan tawa ngakak. Tidak bisa ia pungkiri, wajah Raksa yang datar dicampur kebingungan dan kesal sangatlah menggemaskan dimatanya.

Raksa menatap datar Nara. Kemudian dengan sigap meracik kuah baksonya dan melahapnya secepat mungkin. Dirinya tidak tahan berlama-lama dengan cewek gila seperti Nara. Jika saja bukan gara-gara ciuman menjijikkan itu, Raksa tidak akan berada disini bersama dia.

Ciuman sialan, maki Raksa tidak ada habisnya.

Bayangkan saja! Dengan lancang Nara menciumnya dan membuat Raksa mematung ditempat. Lalu Nara dengan santai menarik paksa ia yang masih shock.

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang